Sumber Foto: https://kisahpembelajar.wordpress.com |
Dulu sekali, hiudplah seorang ulama yang memiliki
pendirian tinggi. Namanya Sayaikh Sa’id Al-Halabi. Selain berpendirian, beliau pemberani
dan tidak mau menerima pemberian pemerintah.
Syaikh Sa’id sehari-hari mengajar di salah Masjid
Damaskus. Suatu ketika, saat beliau mengajar, datanglah Ibrahim Basya. Kala itu
Ibrahim menduduki jabatan setingkat gubernur.
Masyarakat mengenal Ibrahim sebagai pemerintah
yang zalim. Dia keras, jahat, otoriter, bahkan tidak segan membunuh siapa pun
yang tida ia suka.
Ibrahim memasuki masjid tempat Syaikh Sa’id
mengajar. Dia ditemani beberapa tentara dan polisi. Dia mendapati Syaikh Sa’id
menyelonjorkan kaki sambil mengajar. Karena beliau sedang tertimpa penyakit di
kakinya.
Celakanya, kaki Syaikh Said berselonjor ke arah
pintu masjid. Padahal di sana sedang berdiri sang penguasa otoriter. Penguasa itu menunggu Syaikh Sa’id menari
kakinya dan tidak berselonjor lagi.
Baca juga : Cerita Inspiratif | Ikut-Ikutan Malah Kelihatan Bodohnya
Akan tetapi, Syaikh Sa’id tetap berselonjor. Hal
itu membuat santri-santri beliau hawatir. Takut-takut penguasa itu menebas kaki
guru mereka. Bahkan diantara mereka sudah menjinjing baju mereka takut terkena
darah kaki sang guru.
Ibrahim Basya, penguasa lalim itu tidak jadi
masuk masjid. Dia berbalik dan pulang. Sesampainya di rumah, dia memanggil
pelayannya. Lalu memberinya beberapa bundel dinar emas.
“Pergilah ke tuan Syaikah Sa’id. Dan katakan padanya,
ini hadiah dari Ibrahim Basya,” kata Ibrahim.
Sang pelayan mendatangi Syaikh Sa’id. Dia hendak
memberikan emas itu. Dia juga menyampaikan seperti yang dipesankan tuannya.
Aneh bin aneh. Syaikh Sa’id tidak mau pemberian
itu. Beliau malah mengatakan,
“Katakan pada tuanmu! Sungguh orang yang
menjulurkan kakinya tidak pernah menjulurkan tangannya.”
Diterjemah dari kitab, “Qoshos Jamîlah ‘An
Ta’tsîr Hadza ad-Dîn” Maktabah Syamilah.
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!