Resensi Novel “Bidadari Bermata Bening” Karya HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY


Judul                                  : Bidadari Bermata Bening
Penulis                              : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                           : Republika
Tahun Terbit                  : Cet. IV Mei 2017
Jumlah Halaman          : 337
ISBN                                   : 9786020822648







Mas Dwy Sadoellah, Guru saya di Pesantren pernah memberi taujihat, “Seringkali orang besar itu dilahirkan dari kesederhanaan”. Saya temukan dawuh beliau itu dalam novel ini. Pada waktu yang lain, beliau berpesan, “Tirakat terampuh untuk mendapatkan istri sholehah dan anak sholeh adalah menjaga kesucian diri mulai sekarang”. Lagi-lagi, saya rasakan tirakat itu dalam novel ini.
***

Tokoh utama dalam novel ini adalah Ayna dan Gus Afif. Dua muda-mudi yang terjerat cinta suci. Awalnya hanya kagum, kekaguman itu menjelma menjadi cinta tiada tara. Bagi Ayna, tidak mungkinlah dia diridai mencintai Gus Afif. Dia hanya seorang khadimah, pelayan ndalem. Sedangkan Gus Afif adalah putra kiainya. Kiai besar pula. Putra kiai biasanya mempersunting putri kiai. Dia pun mencoba membuang rasa dari hatinya.

Gus Afif? Di hati Gus Afif juga terbesit hal yang sama. Bolehkah seorang gus meminang khadimah? Ah, tidak. Gus Afif menepis perasaannya. Dia masih baru lulus MA. Ilmu masih kurang rasanya. Dia berencana berkelana ke Al-Azhar, Cairo. Mencoba melupakan begitu saja rasa yang mulai tumbuh di hatinya.

Beberapa hari berikutnya, Ayna dilamar oleh seorang kiai besar. Sudah duda dan punya anak dua. Kiai itu masih sepupu dengan ibu nyai, ibunda Gus Afif. Setelah istikharah panjang dan pertimbangan matang, Ayna menerima pinangan itu. Dia bersedia menikah dengan kiai yang ditinggal mati oleh istrinya. Bagaimana perasaan Gus Afif? Entahlah.

Yang jelas, pada suatu hari, Gus Afif berkunjung ke rumah Ayna. Ditemani oleh sopirnya. Gus Afif membawa dua hal. Pertama, menyampaikan undangan dari nyai untuk menghadiri resepsi pernikahan Kiai Yusuf Badrudduja, seorang kiai yang pernah melamar Ayna. Ayna tidak jadi menikah dengan kiai Yusuf karena Pakde dan Bukdenya tidak setuju. Kedua, Gus Afif mengungkapkan isi hatinya.

Dalam dialog panjang itu, Gus Afif mengatakan, “Bagaimana kalau Abah dan Ummi aku minta untuk melamarmu untuk menjadi istriku?”

Ayna kaget. Ada rasa tidak percaya di hatinya. Siapa yang tidak mau menikah dengan Gus Afif? Bukahkah diam-diam Gus Afif memang pujaan hatinya? Bukankah dia rela tidak tidur malam hanya karena mencuci baju Gus Afif? Ah, tapi kadang, cinta itu berkorban demi orang yang dicintainya. Kadang, cinta rela nestapa demi orang yang dikasihinya.

Dialog diantara keduanya panjang. Ayna ragu dan Gus Afif meyakinkan. Lalu, terjadilah saling mengungkapkan perasaan diantara keduanya. Kang Badri, Sopirnya Gus Afif yang samar-samar mendengar perbincangan mereka dari luar, tanpa terasa air matanya menetes. Ada haru dalam kisah cinta mereka.

“Baik, secepatnya Ummi akan kemari menjemputmu,”
“Semoga kau datang di waktu yang tepat. Semoga tidak terlambat.”
“Kenapa kau berkata begitu?”
“Tanya ke Ummi (nyai), beliau lebih tau.”

Semoga tidak terlambat? Ya, semoga lamaran Gus Afif tidak terlambat. Sebab, Pakde dan Bukde Ayna ingin menjodohkannya dengan seorang kaya. Masih menunggu lamarannya. Bagaimanakah episode selanjutnya? Bisakah Ayna dan Gus Afif bersatu? Entahlah. Cinta Ayna dan Gus Afif memang berliku. Ada tangis, ada pengorbanan, bahkan ‘sakit’. Tapi ada satu hal yang saya fahami, cinta mereka cinta suci.

Jujur sampai di sini, saya tidak tahan untuk berhenti membaca !
***
Di awal-awal, novel ini menceritakan kesibukan sebuah pesantren di Jawa Tengah. Bagi yang pernah nyantri, kupasan Kang Abik bisa membawanya kembali pada masa lalunya, saat nyantri. Ada rasa gimana gitu? Yah, maklumlah. Saya kan juga pernah nyantri. Bagi yang tidak pernah nyantri, akan tahu dunia pesantren dengan sebenarnya.

Sebagaimana lumrahnya Novel Kang Abik, Novel “Bidadari Bermata Bening” ini sangat religi. Mengajarkan kepada pembaca bagaimana berislam. Bagaimana mendekap Islam. Dengan bahasa santai dan tak menggurui tentunya. Kita dibawa untuk tenggelam dalam keindahan ajaran Islam. Insyaallah, wawasan keislaman kita bertambah.

Lagi, novel ini benar-benar “Menggugah Jiwa”. Dari cerita-cerita yang menakjubkan, kita akan mendapat banyak pelajaran bagaimana mengarungi hidup yang ‘kejam’ ini. Harus digaris bawahi, Ayna memang cantik tiada tara. Matanya bening. Tapi, dia sebatang kara. Ayah meninggal saat dia dalam kandung. Sang ibu juga meninggal saat dia sudah di pesantren. Karena itulah, dia terpaksa menjadi Khadimah.

Ayna hanya memiliki Pakde dan Bude. Namun, mereka jahat setengah mati. Mereka tega menyerahkan Ayna pada ‘setan’. Ayna melewati semua itu dengan kuat. Bahkan pada episode berikutnya, Ayna terluntang-lantung tak karuan. Sampai-sampai makan sisa orang yang dibuang di tong sampah. Dan, pada akhirnya, Ayna menjadi orang sukses.

Sungguh, Novel ini benar-benar membuat saya faham arti kehidupan. Saya jadi faham tentang usaha, tangis, tawa, sukses, berbagi, dan apalah. Terlalu banyak pelajaran hidup dalam novel ini. Silahkan baca !. Insyallah kita akan tambah semangat setelahnya. Semoga !

3 Comments

Tinggalkan komentar anda....!

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post