Jika Tak Percaya Ada Kalimat Tauhid, Belah Saja Dadanya!



“Kenapa tidak kau belah saja hatinya, sehinnga kau tahu ada Kalimat Tauhid di dalamnya?”

Kalimat di atas tercatat dalam Shohih Bukhari. Perkataan itu merupakan teguran untuk Usamah bin Zaid yang telah membunuh seseorang yang sudah mengucapkan Kalimat Tauhid. Cerita lengkapnya sebagaimana berikut:

Suatu ketika Rasulullah saw. mengirim tentara untuk menyerag orang Kafir kabilah Huraqat. Berangkatlah tentara-tentara itu. Diantaranya adalah Usamah bin Zaid, seorang yang dicintai Rasulullah. Dengan izin Allah, tentara Rasulullah berhasil mengalahkan musuh.


Dalam pertempuran, Usamah mengejar seorang laki-laki. Usamah berhasil menangkapnya. Lalu, laki-laki itu membaca kalimat “La Ilaha Illallah”. Meski demikian, Usamah tetap menusuk laki-laki tersebut sampai terbunuh.

Kejadian tersebut selalu mengusik pikiran Usamah. Hatinya tak tenang. Karenanya, ketika sampai di Madinah, Usamah mengabarkan apa yang telah dia perbuat kepada Rasulullah saw..

Rasulullah balik bertanya, “Dia mengucapkan kalimat “La Ilaha Illallah” tapi kamu tetap membunuhnya?”

Usamah mencoba menjelaskan alasannya, “Rasulullah… Dia mengucapkannya karena takut dibunuh.”

Rasulullah saw. berkata lagi, “Kenapa tidak kau belah saja hatinya, sehinnga kau tahu ada Kalimat Tauhdi di situ?”

Rasulullah saw mengulang-ngulangi pernyataan tersebut. Usamah merasa sangat bersalah. Hatinya resah. Sampai-sampai dia berandai-andai baru masuk Islam. Sehingga selamat dari kejadian itu.

***
Kenapa Rasulullah sangat menyayangkan kelakukan Usamah di atas? Kenapa beliau menegur dan mencela kejadian itu?

Menurut Imam Al-Qurthubi, hal itu merupakan larangan keras dari Rasulullah agar sekali-kali jangan membunuh seseorang yang mengucapkan Kalimat Tauhid.

Hal ini juga senada dengan pendapat Imam Ibnu Tin, bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah kepada Usamah adalah sebagai pembelajaran agar siapa pun tidak sampai melakukan apa yang telah dilakukan oleh Usamah.

Diceritakan, Usamah sangat jera mendapat teguran seperti itu. Usamah berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Tak heran, ketika terjadi perang saudara antar umat Islam, Usamah tak pernah ikut-ikut. Dalam perang Jamal atau Siffin, Usamah memilih netral. Karena takut membunuh seseorang yang mengucapkan Kalimat Tauhid.

Ada hal lain yang bisa kita renungi dari cerita Usamah ini. Bahwa siapa pun orangnya, bagaimana pun keadaannya, jika mengucapkan Kalimat Tauhid, maka dia muslim. Tak boleh disakiti apa lagi dibunuh.

Muslim dan muslim itu saudara. Satu sama lain harus saling melengkapi, saling berbagi, dan saling mengasihi. Kata Rasulullah, “Orang mukmin bagi mukmin lain seperti bangunan. Sebagian pada sebagian lain saling menguatkan.” (HR. Imam Bukhari)

Dengan demikian, Kalimat Tauhid itu kalimat persatuan bukan perpecahan. Kalimat Tauhid adalah kalimat di mana kita menghadap pada kiblat yang sama, menyembah Tuhan yang sama, mengharap syafaat orang yang sama, Muhammad Rasulullah saw..

Jika kalimat Tauhid membikin kita terpecah-pecah, saling membenci, saling caci maki, apa lagi saling tuduh munafiq, apa benar makna kalimat mulia itu menancap dalam hati?

Tidak! Jika makna Kalimat Tauhid menancap dalam hati, Allah dan Rasulullah pasti kita cintai. Jika Allah dan Rasulullah kita cintai, kita akan mencintai siapa pun yang mencintai Allah dan Rasulullah, kita juga akan mencintai siapa pun yang dicintai Allah dan Rasulullah saw..

Alakullihal, cerita Usamah bin Zaid adalah kisah menginspirasi, bahwa Kalimat Tauhid adalah kalimat persatuan. Siapa pun yang mengucapkan “La Ilaha Illallah” adalah saudara kita. Seperti apa pun dia, seperti apa pun situasinya. Kita sudara ya. Jangan terprovokasi!



Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post