حَتَّى إِذا
أَتَوْا عَلى وادِ النَّمْلِ قالَتْ نَمْلَةٌ : يا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا
مَساكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
“Hingga
apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut,
masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" (An-Naml
: 18)
Pernah kan
mendengar cerita semut di masa Nabi Sulaiman ? Ceritanya diabadikan Allah dalam
Alquran. Tentu agar menjadi ibrah dan pelajaran bagi kita.
Kala
itu, Nabi Sulaiman mengumpulkan bala tentaranya. Bala tentara beliau terdiri
dari manusia, jin, dan burung-burung. Mereka berbaris rapi dan tertib. Mereka
berjalan dengan teratur.
Sesampainya
di suatu tempat, tiba-tiba Nabi Sulaiman mendengar suara semut. Ya, raja semut
sedang mengomando rakyatnya agar segera masuk ke dalam rumah-rumah mereka.
Karena takut ketika Nabi Sulaiman lewat, mereka terinjak tanpa disengaja.
“Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"
Nabi
Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena bahagia. Bahagia karena takjub, betapa
semut itu cerdas. Bahagai karena semut itu memujinya. Semut itu mengatakan
bahwa Nabi Sulaiman dan tentaranya tidak akan menginjak semut kecuali jika
tanpa sengaja. Artinya, semut itu mengakui Nabi Sulaiman adalah raja yang baik.
Dalam
tulisan ini, saya hanya tertarik membahas perintah raja semut kepada rakyatnya.
Ternyata, hewan seperti semut memiliki rasa perhatian luar biasa kepada
rakyatnya.
Memang,
Allah mengutip kisah semut pasti ada alasan dan hikmahnya. Makanya, pada zaman
modern ini banyak peneliti yang meneliti kehidupan semut. Sampai-sampai Jim
Rhon menyetuskan sebuah filosofi semut atau yang dikenal dengan teori Ants
Philosphy.
Menurut
Syaikh Al-Maraghi, ketika menafsiri ayat di atas, sungguh ayat tersebut memberi
peringatan kepada kita, betapa semut itu luar biasa dalam mengatur kehidupannya,
terutama dalam masalah sosial-politik.
Bagaimana
tidak ? perintah raja semut kepada bawahannya agar segera masuk ke dalam rumah
mereka adalah gambaran kehidupan mereka dalam mengatur hidup, kepemimpinan, dan
kebijaksanaan.
Sekali
lagi, semut itu luar biasa. Raja mereka tidak ingin rakyatnya mati sia-sia.
Raja mereka tidak ingin rakyatnya hancur begitu saja. Maka sang raja meminta
agar rakyat masuk ke rumah-rumah yang mereka bangun dalam tanah.
Raja
semut juga memerintah agar rakyat tidak malas mengumpulkan makanan. Makanan itu
ditempatkan di tempat khusus agar tidak terkena hujan. Jika makanan berupa
biji, maka mereka meretakkannya agar tak tumbuh. Makanan itu persiapan untuk
musim dingin.
Syaikh
Al-Maraghi mengakhiri statemennya dengan menyindiri kehidupan manusia. Kata
beliau, bangsa mana pun yang tidak mampu mengatur kehidupannya seperti semut
maka bangsa itu bodoh, alias ghendeng. Bangsa itu lebih rendah dari
hewan-hewan yang melata di bumi dan ulat-ulat.
Bangsa
Indonesia bagaimana ? Sudahkah rakyat merasa presiden-presiden Indonesia
seperti raja semut Nabi Sulaiman ? Melindungi rakyat dari kehancuran dan men-suport
untuk menjadi bangsa yang maju ? Jika tidak, berarti kita bangsa yang bodoh,
bangsa yang lebih rendah dari hewan.
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!