Presiden Indonesia atau Raja Semut Nabi Sulaiman ?



  

حَتَّى إِذا أَتَوْا عَلى وادِ النَّمْلِ قالَتْ نَمْلَةٌ : يا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَساكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" (An-Naml : 18)

Pernah kan mendengar cerita semut di masa Nabi Sulaiman ? Ceritanya diabadikan Allah dalam Alquran. Tentu agar menjadi ibrah dan pelajaran bagi kita.


Kala itu, Nabi Sulaiman mengumpulkan bala tentaranya. Bala tentara beliau terdiri dari manusia, jin, dan burung-burung. Mereka berbaris rapi dan tertib. Mereka berjalan dengan teratur.

Sesampainya di suatu tempat, tiba-tiba Nabi Sulaiman mendengar suara semut. Ya, raja semut sedang mengomando rakyatnya agar segera masuk ke dalam rumah-rumah mereka. Karena takut ketika Nabi Sulaiman lewat, mereka terinjak tanpa disengaja.

“Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"

Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena bahagia. Bahagia karena takjub, betapa semut itu cerdas. Bahagai karena semut itu memujinya. Semut itu mengatakan bahwa Nabi Sulaiman dan tentaranya tidak akan menginjak semut kecuali jika tanpa sengaja. Artinya, semut itu mengakui Nabi Sulaiman adalah raja yang baik.

Dalam tulisan ini, saya hanya tertarik membahas perintah raja semut kepada rakyatnya. Ternyata, hewan seperti semut memiliki rasa perhatian luar biasa kepada rakyatnya.

Memang, Allah mengutip kisah semut pasti ada alasan dan hikmahnya. Makanya, pada zaman modern ini banyak peneliti yang meneliti kehidupan semut. Sampai-sampai Jim Rhon menyetuskan sebuah filosofi semut atau yang dikenal dengan teori Ants Philosphy.

Menurut Syaikh Al-Maraghi, ketika menafsiri ayat di atas, sungguh ayat tersebut memberi peringatan kepada kita, betapa semut itu luar biasa dalam mengatur kehidupannya, terutama dalam masalah sosial-politik.

Bagaimana tidak ? perintah raja semut kepada bawahannya agar segera masuk ke dalam rumah mereka adalah gambaran kehidupan mereka dalam mengatur hidup, kepemimpinan, dan kebijaksanaan.

Sekali lagi, semut itu luar biasa. Raja mereka tidak ingin rakyatnya mati sia-sia. Raja mereka tidak ingin rakyatnya hancur begitu saja. Maka sang raja meminta agar rakyat masuk ke rumah-rumah yang mereka bangun dalam tanah.

Raja semut juga memerintah agar rakyat tidak malas mengumpulkan makanan. Makanan itu ditempatkan di tempat khusus agar tidak terkena hujan. Jika makanan berupa biji, maka mereka meretakkannya agar tak tumbuh. Makanan itu persiapan untuk musim dingin.

Syaikh Al-Maraghi mengakhiri statemennya dengan menyindiri kehidupan manusia. Kata beliau, bangsa mana pun yang tidak mampu mengatur kehidupannya seperti semut maka bangsa itu bodoh, alias ghendeng. Bangsa itu lebih rendah dari hewan-hewan yang melata di bumi dan ulat-ulat.

Bangsa Indonesia bagaimana ? Sudahkah rakyat merasa presiden-presiden Indonesia seperti raja semut Nabi Sulaiman ? Melindungi rakyat dari kehancuran dan men-suport untuk menjadi bangsa yang maju ? Jika tidak, berarti kita bangsa yang bodoh, bangsa yang lebih rendah dari hewan. 

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post