Sudah
jamak dimaklumi, inspirasi sangat dibutuhkan dalam segala hal. Penulis butuh
Inspirasi. Pelukis butuh inspirasi. Pengajar butuh Inspirasi. Dan, semua
kegiatan manusia butuh inspirasi. Dengan adanya inspirasi, manusia bisa
kereatif dan inovatif. Selalu ada yang menarik untuk dinikmati.
Seorang
pendidik misalnya. Dengan inspirasi-inspirasi jitunya akan selalu memiliki
metode dalam belajar-mengajar. Atau, penulis. Dia akan selalu memiliki
‘sesuatu’ yang unik yang membuat pembaca tidak bosan membaca tulisannya.
Setiap
orang pasti pernah berinspirasi. Tapi, sedikit saja orang yang menyulap
inspirasi itu benar-benar terjadi. Kitapun sering mendapat ide-ide cemerlang.
Ide itu muncul secara tiba-tiba. Kualitasnya pun luar biasa. Akan tetapi
ide-ide itu hilang begitu saja. tidak terlaksana.
Oleh
karena itu, kita butuh untuk mengabadikan inspirasi-inspirasi itu dengan
menuslinya. Agar tidak hilang begitu saja. Setidaknya, kita mengihlaskan orang
lain menikmatinya. Siapa tahu bisa terilhami oleh inspirasi kita. Lalu,
mewujudkannya. Bukankah itu lebih bermenfaat? Memang, kadang kita hanya bisa
berpikir dan bermimpi, tidak bisa mewujudkan pikiran dan mimpi itu.
Baca Juga : Menulis dengan Getaran Hati
Pada
zaman sekarang, menulis inspirasi begitu gampang. Tidak se-ribet dulu. Kalau dulu,
kita mungkin harus selalu membawa kertas dan alat tulis. Sekarang sudah tidak
lagi. Kertas dan alat tulis sudah berubah bentuk menjadi gadget. Kita bisa menulis
inspirasi yang terlintas dengan gadget
yang kita miliki. Setelah itu, bisa di-shar
di media sosial. Membiarkan teman-teman kita menikmati pikiran-pikiran kita.
Sayangnya,
kita memperlakukan medsos dengan ‘biasa-biasa’ saja. Tidak pernah
mengistimewakannya. Hanya untuk update
status ‘alay-alay’ saja. Padahal, andai kita gunakan sebagai sarana untuk ‘adu’
inspirasi tentu sangat dahsyat. Ingat, musuh Islam menguasai media-media besar.
Mereka bebas mentrasfer opini-opini mereka ke ruang publik.
Oleh
karena itu, sudah seharusnya generasi muslim menulis. Menuangkan
inspirasi-inspirasi. Lalu, mengeksposnya ke ruang publik. Gunakan media-media
yang tersedia. Mulai Medsos sampai media cetak. Itu sudah keharusan dan
kewajiban. Sebagai bentuk perlawanan terhadap opini miring yang selalu
menyudutkan Islam.
Kalau
menengok sejarah, perlawanan opini pernah dilakukan oleh Syaikh Badi’uz Zaman
Sa’id Nursi, ulama terkemuka Turki. Waktu itu, Khilafah Utsmaniyah (Ottoman)
yang beribu kota di Turki runtuh oleh Pemuda Turki yang liberal. Turki yang
asalnya negara Islam disulap menjadi negara sekuler. Symbol-simbol Islam
dihilangkan. Sorban diganti topi. Pakaian Islami diganti dengan pakaian ala
barat. Sinar Islam benar-benar ingin dipadamkan.
Untungnya,
ada ulama yang diam-diam melawan. Beliau adalah Sa’id Nursi. Beliau dikurung
dalam penjara. Tapi, hal itu tidak melemahkan kometmen dakwahnya. Maka, di
dalam penjara itu beliau menulis tafsir al-Qur’an dalam lembaran. Lalu,
lembaran itu digandakan oleh orang dekatnya. Lalu, disebarkan ke masyaraka.
Masyarakat
mengandakannya lagi, lalu disebarkan di tempat lain. Dan begitu seterusnya sampai
bertahun-tahun. Berkat tulisan beliau itu, cahaya Tauhid di Turki terus
bersinar. Keimanan kepada Allah masih menggelora dalam jiwa masyarakat Turki.
50 tahun kemudian, orang Islam Turki bisa bernafas lega. Partai Islam berhasil
memenangkan pemilu. Dahsyat bukan? Lembaran-lembaran ide dan inspirasi mampu
melawan rezim penguasa. Meski dengan cara sembunyi-sembuyi.
Sekarangbpun
kita bisa melakukannya. Kita bisa menuangkan ide-ide kita lewat tulisan, lalu
kita kirim ke media. Bukankah sekarang zaman kebebasan. Kebebsan berpendapat
dan berekspresi? Kita juga harus berkontribusi mengisi kebebasan itu. Jika
tidak, kebebasan akan diisi oleh orang-orang ‘jahat’.
Akhiran, tulisan ini bukan untuk provokasi.
Penulis hanya ingin berbagi. Bahwa, dunia ini sudah tidak adil. Yang benar
menjadi salah, yang salah menjadi benar. Hal itu disebabkan media sudah tidak
lagi memperhatikan kode etik kejurnalisan. Yang utama bukan kebenaran, tapi
kepentingan. Oleh karena itu, kita harus menjadi Syaikh Badi’uz Zaman Said
Nursi masa kini. Tidak pernah bosan menuangkan ide dan inspirasi. Mengisi ruang
kebebasan dengan kebenaran.
Baca Juga: Menjadi Penulis itu Butuh Pengorbanan
sumber foto : http://www.rasaelalnour.com
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!