Ketika Hijrah karena Cinta


Sering kan mendengar kalimat “Tergantung Niatnya Sih” ? Pada tulisan ini saya akan menceritakan sejarah lahirnya kalimat itu. Ceritanya lucu-lucu gimana gitu. Bikin hati sedikit tergelitik. Bagaimana tidak, kalimat itu loh berawal dari cinta. Cinta?

Sebagaimana cerita Imam As-Suyuthi dan ulama hadis lain, ketika Rasulullah saw. hijrah ke Madinah dan tinggal di sana, para sahabat juga ikut hijrah. Hijrah pekerjaan mulia. Tentu juga bisa mendapat pahala. Hijrah bukan pekerjaan mudah. Karena hijrah berarti meninggalkan tanah air. Hijrah meninggalkan semua yang kita miliki; rumah, tanah, dan semuanya.


Ketika hijrah, mulailah dari awal lagi, dari nol lagi. Pekerjaan mulai dari awal. Karir dari awal. Semuanya dari awal. Ya, tak berlebihanlah jika kita katakan hijrah itu pengorbanan. Bagaimana tidak, kadang ketika hijrah itu tidak membawa apa-apa. Hanya baju saja. Kebutuhan di tempat hijrah dibantu penduduk setempat. Penduduk setempat itu kemudian disebut sahaba Anshor. Anshor artinya penolong. Karena memang penduduk Yatsrib (nama Madinah sebelum nabi hijrah) memang penolong sejati.

Nah, ketika nabi dan para sahabat mulai tinggal di sana, datanglah seorang laki-laki dari Makkah. Tak beberapa lama, laki-laki itu menikahi seorang perempuan yang juga baru hijrah. Kabarnya, saat di Makkah, laki-laki itu melamar si perempuan, tapi si perempuan tidak mau menerima. Si perempuan mau menerima nanti di Madinah.

Maka laki-laki itu juga hijrah. Niatnya bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Juga bukan untuk mencari pahala. Akan tetapi untuk mendapatkan seorang yang dia cintai. Maklumlah, cinta kan memang buat orang buta. Betul kan ?

Ketika mendengar cerita itu, Rasulullah naik ke mimmbar. Beliau langsung bilang, “Pekerjaan itu tergantung niatnya”. Kalimat itu beliau ulangi sampai tiga kali.

“Siapa saja yang hijrahnya untuk Allah dan Rasulunya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasulnya. Tapi kalau hijrahnya untuk dunia, atau untuk seorang perempuan yang dicintainya, maka hirjahnya untuk apa yang dia niati,” lanjut baginda.

Coba lihat dalam sabda Rasulullah di atas, ada kata “perempuannya” kan ? kata Syaikh Al-Qari karena memang Rasulullah menanggapi cerita di atas. Cerita cinta seorang laki-laki kepada perempuan. Dan cinta itu membuat pahala hijrahnya sirna. Ah, cinta-cinta.

Referensi:
1.        As-Suyuthi, Abdurrahman bin Abu Bakar Jalaluddin, Al-Luma’ Fi Asbab Wurud Al-Hadis, hal: 31, Maktab Al-Buhuts Wa Ad-Dirasat Fi Dar Al-Fikr.
2.        Al-‘Asqalani, Ibnu Hajar, Fathul Bari, hal: 1, Juz; 10, Dar Al-Ma’rifat, Beirut.
3.        Al-‘Aini, Badruddin, Umdah Al-Qari


Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post