Baru-baru ini, terjadi insiden ‘kericuhan’ di
Bangil. Banser dan Ust Felix sebagai aktornya. Masyarakat dibuat terperangah.
Buram siapa sebenarnya yang salah. Dari pihak ini seperti ini, dari pihak itu
seperti itu. Masing-masing mengaku yang benar, sebranglah yang salah.
Masing-masing sama-sama mengeluarkan kelarifikasi dan kornologi. Para pendukung
pun bermunculan. Sama-sama mendukung junjungan, sama-sama menyalahkan ‘lawan’.
Kadang kata kasar dan caci maki mewarnai pembelaan.
Lain lagi di Garut. Ada Tabligh Akbar mengundang
KH. Shabri Lubis dan Ust Bahtiar Nasir. Lalu ada penolakan dari PCNU Garut. Mereka
keberatan dengan melayangkan surat resmi. Kemudian ada tanggapan dari LPI
(Laskar Pembela Islam), bahwa mereka akan tetap mengawal Tabligh Akbar agar
berjalan sesuai keinginan panitia. Dua organisasi Islam mulai bersitegang.
Abdullah
bin Saba’ Jaman Now
Melihat kegaduhan antar umat Islam akhir-akhir
ini, mungkin ada baiknya kita menengok ke belakang. Kita lihat sejarah
pertikaian sesama umat Islam, seperti dalam perang Jamal. Untuk kita jadikan
pelajaran.
Umat Islam mulai pecah di masa Sayyidina Ustman
menjadi khalifah. Adalah Abdullah bin Saba’ sebagai pemicunya. Dia orang Yahudi
yang masuk Islam. Tapi keislamannya menjadi petaka bagi umat Islam. Sebab, dia
malah mengajarkan ajaran sesat, juga memprovokasi umat Islam.
Dia memprovokasi dengan berita hoax dan ‘menggoreng’
isu. Ketika Sayyidina Ustman berinisiatif menyatukan bacaan Al-Quran dan
membakar yang tidak mutawatir, Abdullah bin Saba’ menggoreng berita itu.
Dia memprovokasi orang-orang awam bahwa Sayyidina Utsman membakar mushaf. Dia juga
memprovokasi bahwa Sayyidina Ali lebih berhak menjadi khalifah.
Meletuslah pemberontakan. Umat Islam dari tiga kota; Mesir, Bashrah, dan Kufah berdemonstrasi ke Madinah. Pemberontakan ini berakhir dengan terbunuhnya Sayyidina Ustman.
Meletuslah pemberontakan. Umat Islam dari tiga kota; Mesir, Bashrah, dan Kufah berdemonstrasi ke Madinah. Pemberontakan ini berakhir dengan terbunuhnya Sayyidina Ustman.
Cara Abdullah bin Saba’ memprovokasi umat Islam
dilanjutkan oleh ‘kader-kadernya’. Dalam Kitabnya, Fiqhu as-Sirah,
Syaikh al-Buthi menulis bahwa meletusnya perang antara Sayyidina Ali dan
Sayyidah Aisyah karena diprovokasi oleh pembunuh Sayyidina Ustman.
Kornoloaginya, pasca terbunuhnya Sayyidina
Ustman, Sayyidah Aisyah keluar bersama pasukannya ke Bashrah. Beliau ditemani Zubair
bin Awwam dan dan Talhah. Tujuannya untuk menuntut balas terbunuhnya Sayyidina
Ustman. Kemudian, Sayyidina Ali keluar bersama pasukannya untuk menghadapi
mereka.
Di Bashrah terjadi dialog. Sayyidah Aisyah, Sayyidina
Zubair bin Awwam dan Talhah mengatakan hanya ingin persatuan. Selesailah masalah.
Sayyidina Ali mengiakan, bahwa umat Islam memang harus bersatu. Baru setelah
itu bersama-sama meng-kishas pembunuh Sayyidina Ustman.
Akan tetapi, pembunuh Sayyidina Ustman
memprovokasi kedua kubu. Di saat pagi-pagi sekali, mereka menyerang kubu Sayyidina
Ali dan kubu Sayyidah Aisyah dalam waktu bersamaan. Maka Sayyidah Ali mengira
Sayyidah Aisyah menghianati perjanjian. Begitu juga sebaliknya. Situasi mencekam.
Perang berkecamuk. Kebenaran menjadi buram.
Ya, itu semua karena ulah pembunuh Sayyidina
Ustman. Mereka yang merupakan cikal-bakal provokasi Abdullah bin Saba’ sangat
apik mengadu domba umat Islam. Umat Islam ingin bersatu, tapi karena
diprovokasi, bubarlah persatuan itu.
Mungkin, Ibnu Saba’ tidak pernah mati. Dia
lahir di setiap generasi. Menjadi Abdullah bin Saba’ jaman now. Maka
boleh jadi, ketegangan antar umat Islam akhir-akhir ini karena ada Abdullah bin
Saba’ jaman now itu. Dia yang menjadi aktor di balik layar. Dia yang memprovokasi.
Umat
Islam Ricuh, NKRI Runtuh
Abdullah bin Saba’ jaman now bisa saja
menyamar penegak syariat atau khilafah, menyamar menjadi anggota LPI, bahkan
menyamar dengan mendeklarasikan diri sebagai orang NU tulen. Tapi lihat saja
kelakuannya. Jika kerjanya hanya provokatif, anti dialog, dan tidak
mengedepankan ukhuwah, bisa jadi dia Abdullah bin Saba’ jaman now itu.
Menjadi Abdullah bin Saba’ tidak harus sekolah
ke Amerika, Australia, atau ke negeri China. Anak kampungan pun bisa menjadi
Abdullah bin Saba’. Syaratnya cukup memperovokasi. Resmilah sebagai ‘sarjana’
Abdullah bin Saba’. Apa lagi sampai sekolah ke luar negeri, mendapat gelar
macam-macam, jika memprovokasi, pastilah menjadi Abdullah bin Saba’ yang kreatif
dan keren.
Sebagai umat Islam, kita memang harus
memperjuangkan Islam dalam segala lini, termasuk dalam kenegaraan. Akan tetapi,
memperjuangkan Islam tidak harus bertengkar dengan sesama muslim. Para ulama
yang mendirikan bangsa ini bukan tidak memperjuangkan agar Islam menjadi asas
negara, tapi mereka sangat arif mengemasnya. Lahirlah Pancasila. Pancasila
memang bukan Islam, tapi nilai-nilai Pancasila sangatlah Islami.
Sebagai anak bangsa Indonesia, kita juga harus
menjaga rumah kita. Namun, menjaga NKRI tidak harus berperang antar sesama anak
bangsa. Sebab jika hal itu terjadi, sama saja dengan kita membangun rumah lalu
merobohkannya.
Jelasnya begini, saat kita memperjuangkan
Islam, tapi kemudian bertengkar sesama muslim, kitalah yang rugi. Kitalah yang
hancur. Malah bisa jadi, negeri yang aman ini bisa caos dan hancur. Akhirnya
sama sekali tidak bisa menjalankan ajaran Islam.
Pula, saat kita memperjuangkan keutuhan NKRI,
tapi kita malah bertengkar sesama anak bangsa, apa lagi yang masih dalam akidah
Aswaja, bukan keutuhan NKRI yang kita dapat, malah kehancuran NKRI. Umat Islam
di Indonesia adalah mayoritas, jika bertengkar hancurlah negeri ini. Dan Abdullah
bin Saba’ jaman now-lah yang tersenyum dan tertawa.
Mari
Sholat Berjemaah Saja !
Ah, jangan-jangan tanpa terasa kita juga menjadi
generasi-generasi Abdullah bin Saba’ jaman now itu ? Jangan-jangan
komen-komen kita di medsos tidak ada bedanya dengan kelakuan Ibnu Saba’ itu;
provokator. Semoga tidak.
Sepertinya kita memang harus pergi ke masjid.
Berjemaah di sana. Lalu merenung betapa indahnya andai umat Islam layaknya saat
sholat berjemaah. Waktu berdiri, sama-sama berdiri. Waktu rukuk, sama-sama rukuk.
Waktu sujud, sama-sama sujud. Indah.
Setelah itu,
kita berdoa semoga umat Islam baik-baik saja. Kita berdoa untuk kita
semua, semoga tidak termakan ‘gorengan’ Abdullah bin Saba’ jaman now,
sehinnga persatuan umat Islam solid. Jika umat Islam damai, Insyaallah negeri
ini damai. Karena penduduknya mayoritas umat muslim. Terakhir, perbedaan itu sunnatullah.
Maka biarlah perbedaan dalam bingkai persaudaraan Islam dan tanah air.
Sumber Foto : https://www.satujam.com/keutamaan-shalat-berjamaah/
_______________
Baca Juga : Agama Bisa Dijalankan Jika Negara Tentram
_______________
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!