Kuliah itu asyik. Pagi-pagi
berangkat ke kampus, ketemu teman-teman kelas, teman-teman organisasi, setelah
kuliah langsung nimbrung ke basecame organisasi. Jenuh di basecame, ke warkop,
ngopi bersama sambil ngobrol ngalor-ngidul, ada yang berbau ilmiah, pengalaman,
ada pula yang hanya bualan semata.
Kalau lagi males
ngapa-ngapain, bisa mencet-mencet HP, chatingan dengan si dia. Atau kalau perlu
diajak ngopi bersama. Berdua saja. Uang ? Kan tinggal nelpon ke orang tua. Hehe…
pokoknya kuliah itu asyik.
Namun, tidak semua
mahasiswa seperti itu. Tidak semua mahasiswa memiliki kesempatan berorganisasi,
nongkrong sambil ngopi, apa lagi pacaran. Kadang, kuliahnya saja keteteran. Kenapa?
Karena tidak semua mahasiswa enak saja minta uang pada orang tua.
Contohnya teman saya. Dia
kuliah di Surabaya. Jurusan hukum. Cita-citanya ingin menjadi pengacara. Namanya……
Ah, gak usah disebut deh namanya. Menjaga kode etik jurnalisitk (Hehehe… Kata
Ust. Abdul Somad).
Setelah nyantri, dia
bertekad untuk kuliah. Orang tua tidak sejaya dulu waktu nyantri. Biasalah kehidupan.
Kadang di atas, kadang harus di bawah. Teman saya itu peka, orang tuanya berat menanggung
biaya kuliahnya. “Saya tidak boleh begini terus. Saya harus bangkit,” ucapnya
dalam hati.
Teman saya itu cari cara
agar bisa mendapat uang. Dia putar otaknya. Akhirnya dia berinisiatif berdagang
pakaian. Dia kulakan lalu dijual. Kadang dikirim ke Saudaranya di Bali untuk
dijualkan. Lumayan, hasil dari bisnisnya itu dia bisa bertahan di Surabaya. Sudah
tahu kan, biaya hidup di Surabaya itu mahal.
Kadang, dia menyanggupi
mengerjakan tugas makalah teman-temannya. Tentu harus ada bayarannya. Teman-temannya
yang kaya-kaya tidak masalah. Jadilah dia mengerjakan tugas-tugas makalah
teman-temannya yang diberikan dosen. Lumayan, bayarannya cukup menggiurkan.
Sekarang, dia benar-benar
menjadi pengacara. Fokus di pengacara. Tidak kemana-kemana lagi. Dulu saat
masih kuliah, kerja serabutan. Yang penting bisa mendapat uang.
Selain yang saya tulis di
atas, ada satu hal yang saya pelajari dari dia. Dan saya pegang. Katanya, kita
kuliah harus jelas ingin jadi apa. Setelah itu, fokus dan fokus. Gak usah
menoleh ke sana-sini. Jika tidak, maka setelah kuliah bisa jadi gelandangan. Alias
gagal.
“Saya dulu, ingin menjadi
pengacara. Ya sudah, saya fokus di situ. Pokoknya saya ingin jadi pengacara
bagaimana pun caranya. Banyak teman saya setelah kuliah bingung mau ke mana. Ya,
karena tidak jelas ingin jadi apa. Nah, kalau sampeyan ingin jadi dosen, sudah fokus
saja di situ. Gak usah noleh-noleh !” kurang lebih begitulah ceritanya kepada
saya.
Begitulah kawan. Kuliah itu
pembelajaran sekaligus perjuangan. Bukan menikmati dan tenggelam dalam asyiknya
masa muda. Entahlah, setiap orang memang berhak berpendapat. Dan pendapat
setiap orang pasti berbeda.
Pula, dalam kuliah bahkan
dalam hidup ini, kita harus memiliki tujuan. Harus memiliki target hidup. Lalu fokus
di situ. Fokus untuk mencapainya. Jika demikian, Insyaallah hidup ini akan
penuh gairah.
Semoga yang menulis dan
membaca tulisan ini sama-sama sukses ! Bisa fokus pada tujuan. Amin….
Terimakasih ceritanya dan
motivasinya ya… !
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!