republika.com |
Berita pembantaian muslimin Rohingya
berseleweran di berbagai media. Baik media sosial, media elektronik, atau media cetak. Keganasan
masyarakat Myanmar yang beragama Budha begitu jelas. Mereka memperkosa,
membunuh, memotilasi, mengusir, menyiksa dan seterusnya. Sungguh, merupakan
kejahatan kemanusiaan luar biasa. Keganasan mereka sudah di luar batas.
Pembantaian tidak hanya dilakukan oleh tentara
Myanmar, tapi juga oleh masyarakat Myanmar. Bahkan biksu-biksu ghundul juga
tidak ketinggalan. Mirisnya, yang dibantai adalah orang-orang Islam yang tidak
berdaya. Tak heran jika kemudian tindakan keji mereka mendapat protes dari
masyarakat muslim se-dunia.
Apapun
Penyebabnya, Mereka adalah Muslim
Banyak analisa mengenai motif krisis
kemanusiaan di Myanmar. Secara umum adalah karena agama. Karena etnik Rohingya muslim,
masyarkat Myanmar yang beragama Budha membantai mereka. (Lihat di sini)
Hal ini juga bisa dilihat dan didengar dari
pidato Biksu Ashin Wirathu di Yotube. Betapa dia sangat membenci muslim.
Bahkan, Ashinlah penyebar kebencian dan penggerak masyakarat Myanmar untuk
membantai muslimin Rohignya. ( Baca di sini )
Kebencian kepada muslimin digalakkan di
kuil-kuil. Ashin mengatakan bahwa selama ada muslim di Myanmar, masyarakat
Budha tidak akan tenang. “Kamu bisa saja penuh cinta dan kebaikan, tapi kamu
tidak akan bisa tidur tenang di sebelah anjing gila,” begitulah kata Ashin yang
dikutip The Washington Post. Yang dimaksud anjing gila adalah muslimin.
Ada pula yang mengatakan bahwa pembantaian
Rohignya bukan karena agama. Tapi karena faktor politik dan ekonomi. Kemudian
dibungkus dengan agama. Katanya, di Rakhine, provensi yang ditempati muslim
Rohingya kaya minyak dan gas.
Apa pun penyebabnya, yang dibantai adalah
orang-orang Islam. Apa pun penyebabnya, kejahatan kemanusiaan benar-benar
mencekam.
Ahad,
Ahad, Ahad
Penyiksaan yang dialami oleh muslimin Rohingya
tidak kalah pedih dengan siksaan yang dialami para sahabat Rasulullah saw..
Kafir Quraisy menyiksa mereka lantaran agama. Karena masuk Islam, mereka
disiksa. Karena menerima dakwah baginda, mereka dipanggang di tengah padang
pasir. Diantara mereka, ada yang sampai meregang nyawa.
Sebut saja Mush’ab bin Umair. Ketika masuk
Islam, ibunya tidak memberinya makan. Lalu diusir dari rumah. Sahabat Shuhaib
bin Sinan disiksa sampai tidak sadarkan diri. Sahabat Bilal diikat lehernya,
kemudian diserahkan kepada anak-anak kecil. Anak-anak kecil menjadikannya mainan.
Menariknya ke sana kemari sehingga tali itu membekas di lehernya. Tidak puas,
Umayyah, tuan Bilal kemudian mengikatnya dengan keras lalu memukulnya dengan
tongkat.
Di tengah siksaan itu, sahabat Bilal tidak
henti-hentinya mengucapkan “Ahad, Ahad, Ahad,” Allah yang Mahaesa. Allah yang Mahaesa.
Saat mentari panas-panasnya, Umayyah menelentangkan
Bilal di atas pasir. Lalu menindihkan batu besar ke dada Bilal. Umayyah
bersumpah akan terus menyiksa Bilal sampai kufur pada Nabi Muhammad saw.. Bilal
tetap mengumandangkan, Ahad, Ahad, Ahad.
Sahabat ‘Ammar dan kedua orang tuanya tidak
kalah parah. ‘Ammar dan kedua orang tuanya digiring ke tengah pasir yang sangat
panas. Yasir, ayah ‘Ammar kemudian meninggal karena tidak kuat menahan siksaan.
Sedangkan Ibu ‘Ammar, Sumayyah juga meninggal karena Abu Jahal menombaknya dari
arah kemaluan.
Abu Fukayhah, Khabab bin Arat, Zinnirah, Ummu
Ubais, dan sahabat lainnya, adalah sedert sahabat Rasulullah yang mengalami
siksaan karena Allah. Mereka disiksa karena masuk Islam. Penyiksaan itu berakhir
tatkala datang seorang laki-laki lembut, Abu Bakar as-Shiddiq. Abu Bakar membeli
budak-budak yang disiksa karena Islam lalu memerdekakan mereka.
Pembantaian karena Islam tidak hanya terjadi di
masa itu, tapi terus berlanjut. Seperti yang terjadi pada perang Salib, pasca
runtuhnya Khilafah Ustmaniyah di berbagai negeri seperti Mesir, Libiya, dan
Indonesia, dan pembantaian kaum muslimin Indonesia oleh Belanda sebelum
kemerdekaan atau saat mempertahankan kemerdekaan.
Ini
Ujian
Apa yang terjadi pada muslim Rahingya adalah
ujian bagi mereka. Semoga mereka kuat menghadapinya. Ujian juga bagi kita
sesama muslim. Bisakah kita menjadi ‘Abu Bakar’ masa kini, yang bisa
membebaskan mereka dari kedazaliman. Bisakah kita menerapkan sebuah hadis, “Sesama
muslim bagaikan bangunan. Satu dengan yang lain saling menguatkan”, atau hadis,
“Orang yang tidak peduli dengan urusan muslimin, maka bukan golongan muslimin”
(HR. Thabrani).
Ini ujian untuk Amerika dan sekutunya. Mereka
menyerang negara-negara Islam, Irak, Afganistan, Suriah, atau yang lain dengan
alasan memerangi teroris. Apakah mereka akan menyerang Myanmar yang jelas-jelas
ada teror. Lalu, menyelamatkan umat Islam yang tertindas. Sepertinya mustahil.
Ini ujian untuk mereka yang ‘menuhankan’ HAM,
bisakah mereka konsisten? Ini ujian untuk mereka yang sering membela minoritas
yang katanya tertindas, -padahal minoritas Indonesia nyaman- bisakah mereka
membela muslim Rohingya yang minoritas? Ini ujian untuk dunia, muslim yang
sering dilabeli teroris, malah sering menjadi korban teroris. Ini ujian untuk
kita semua. Dan, bisakah kita menjadi ‘Abu Bakar’ untuk etnik Rohingya?
Betul itu ujian.. Smg Allah menjaga saudara2 d Rohingya.. aamiin
ReplyDeletePost a Comment
Tinggalkan komentar anda....!