Sayyidina Husain adalah sosok pemberani. Tidak
takut mati. Tidak rela rakyat diintimidasi. Tidak rela kemaksiatan mendominasi.
Sayyidina Husain berjuang untuk menumpas kemungkaran. Apa pun konsekoensinya.
Bahkan, kehilangan nyawa sekalipun.
Maka, ketika ada surat dari penduduk Kufah,
beliau langsung menyambutnya. Surat itu berisi permintaan agar Sayyidina Husain
mendatangi Kufah. Mereka berjanji, jika Sayyidina Husain datang, mereka akan
membaiat. Menjadikan Sayyidina Husain sebagai pemimpin. Hal itu tak lain karena
penduduk Kufah sudah muak dengan kedzaliman yang dilakukan oleh Yazid.
Sayyidina Husain berencana berangkat. Abdullah
bin ‘Abbas mencegat, jangan. Ibnu ‘Abbas menjelasakn bahwa penduduk Kufah bukan
tipe orang setia. Mereka penghianat. Bukti nyata sudah ada. Mereka membunuh
Sayyidina Ali. Mereka juga menipu Sayyidina Hasan. Jika pun harus pergi, jangan
sampai membawa serta keluarga. Sayyidina Husain tidak menerima nasehat putra paman
Rasulullah itu. Ibnu ‘Abbas menangis. “Duh Husain!” seru Ibnu ‘Abbas dengan
kesedihan mendalam.
Abdullah bin Umar juga memberi nasehat pada
cucu Rasulullah itu. Nasehatnya sama dengan nasehat Abdullah bin ‘Abbas.
Lagi-lagi Sayyidina Husain menolak. Ibnu Umar tidak bisa apa-apa. Lalu, Ibnu
Umar mencium kening Sayyidina Husain dan berkata lirih, “Ku titipkan dirimu
kepada Allah dari para pembunuh.”
Datanglah Abdullah bin Zubair. Ibnu Zubair
menyarankan Sayyidina Husain tidak usah pergi.
Tapi, Sayyidina Husain sudah mantap. Dia akan pergi ke Kufah. Menumpas
kedzaliman pemerintah. Sayyidian Husain berangkat beserta keluarga. Penduduk
madinah berkabung. Mereka bersedih. Bahkan, Muhammad bin al-Hanafiyah, sadaura
se-ayah Sayyidina Hsuain tidak henti-hentinya menangis[1].
Awalnya penduduk Kufah membaiat Sayyidina
Husain. Mereka berjumlah 12.000 orang. Pembaiatan melalui wakil Sayyidina
Husain, Muslim bin ‘Aqil. Akan tetapi, sebelum Sayyidina Husain sampai di
Kufah, Muslim terlebih dahulu dibunuh oleh Ibnu Ziyad, suruhan Yazid.
Singkat cerita, Sayyidina Husain terus
melangkah menuju Kufah. Di tengah jalan tentara Ibnu Ziyad menghadang.
Sayyidina Husain pantang mundur. Kemudian, terjadilah peperangan. Sayyidina
Hsuain kalah jumlah. Sayyidina Husain terbunuh. Tubuh Sayyidina Husain
diinjak-injak dengan kuda. Kepalanya dipenggal. Juga, kepala para pengikut
Sayyidina Husain[2].
Kemana penduduk Kufah yang membaiat Sayyidina
Husain? Mereka penghianat. Tidak membela Sayyidina Husain. Bahkan, kebanyakan
orang yang memerangi Sayyidina Husain adalah mereka yang mengirim surat kepada
Sayyidin Husain[3].
Kemudian, kepala Sayyidina Husain dan para
pengikutinya dibawa ke Ibnu Ziyad. Keluarga Sayyidina Husain ditangkap dan
dibelenggu. Kepala Sayyidina Husain diletakkan di depan Ibnu Ziyad. Ibnu Ziyad
memegang tongkat. Memukul-mukul gigi depan Sayyidina Husain dengan tongkat itu.
Tongkat itu juga dimasukkan ke lubang hidung Sayyidina Husain.
Kebetulan sahabat Anas hadir. Melihat perlakuan
Ibnu Ziyad. Tak kuasa Sahabat Anas menangis. Sahabat Anas langsung teringat
Rasulullah saw.. “Sayyidina Husain adalah orang paling mirip dengan
Rasulullah saw..” ucap sahabat Anas.
Ketika melihat kejadian itu, Zaid bin Arqam
marah. Dia berkata dengan lantang “Angkat tongkatmu! Sungguh, begitu sering aku
melihat Rasulullah saw. mencium diantara dua bibir (Sayyidina Husain) ini,”
Lalu, Zaid bin Arqam menangis. Ibnu Ziyad marah. Dia mengancam Zaid akan
dibunuh. “Andai kau bukan orang tua yang sudah pikun, saya sudah memenggal
kepalamu,” hardik Ibnu Ziyad.
Sahabat Zaid berdiri dan berceramah pada
orang-orang. Lalu, kembali lagi kepada Ibnu Ziyad. Zaid bin Arqam berkata,
“Saya akan memberi tahumu sesuatu yang akan menjadikanmu lebih marah lagi. Saya
pernah melihat Rasulullah saw. sedang memangku Sayyidina Hasan di paha beliau
yang kanan dan Sayyidina Husain di paha kiri. Kemudian beliau meletakkan tangan
beliau ke ubun-ubun keduanya. Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, sungguh ku
titipkan keduanya kepada engkau dan orang-orang mu’min yang sholeh.” Bagaimana
nasib titipan Rasulullah berada di tanganmu?” Ibnu Ziyad tambah marah. Dan
ingin membunuh Sahabat Zaid yang sudah tua[4].
***
Beberapa tahun sebelumnya, Sayyidina Hasan,
Kakak Sayyidina Husain juga meninggal di tangan Yazid. Yazid meracuni Sayyidina
Hasan melalui istri Sayyidina Hasan. Sayyidina Hasan pun meninggal di Madinah
pada tanggal 05, Rabiul Awal, 50 H. Sayyidina Hasan dikebumikan di Baqi’.
Tidak jauh beda dengan kewafatan Rasulullah
saw.. Kewafatan Sayyidina Hasan juga menyisakan kesedihan mendalam bagi penduduk
Madinah. Masyarakat menangis histeris. Suara jeritan memenuhi kota Madinah.
Kala itu, Abu Hurairah berdiri di Masjid
Nabawi. Ia juga menangis dan memanggil orang-orang dengan suara lantang, “Hai
orang-orang..! hari ini telah wafat seorang yang dikasihi Rasulullah saw.”
Maka, ikut menangislah orang-orang.
Tsa’labah bercerita, “Saya hadir ketika
Sayyidina Hasan meninggal. Kita memendamnya di Baqi’. Andai saja jarum
dijatuhkan, nescaya tidak akan jatuh kecuali kepada tubuh seseorang.[5]”
>>>> Baca Juga Karena Kebaikan Rasulullah, Nenek Tua Luluh
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!