Sebut saja namanya Maman (bukan nama
sebenarnya). Seorang pemuda yang lagi sedih. Hatinya seakan disayat-sayat
dengan paku berkarat. Sakit. Lebih sakit dari sakit gigi katanya. Hehehe.
Dar hati kok sampai ke gigi sih. Begitulah Maman. Meski dia sedang
susah, masih bisa membuat orang lain tertawa.
Sakit hati Maman berawal dari “Suatu Ketika”. Pada
waktu itu, Maman membuka akun FB-nya. Melihat pemberitahuan-pemberitahuannya. Mengecek
status yang dia tulisnya. Berapa yang suka, siapa yang berkomentar, dan
apa saja isi komentarnya. Maman memang aktif di FB. Membuat status yang
menginspirasi. Bahkan katanya, dia pernah di-inbok seseorang. Isi inboknya berterimakasih atas status-statusnya.
Hebat kamu Man!
Eh, ada seorang yang meng-add akun FB
Maman. Dia lihat. Perempuan. Namanya Mimin (bukan nama sebenarnya). Maman melihat
profil Mimin. Maman tahu, Mimin satu pondok dengan dia. Maman langsung
meng-konfirmasi permintaan pertemanan Mimin. Lalu, menginbok Mimin.
“Anak Al-Hidayah (bukan nama pondok sebenarnya)
Ya.. ?” Tanya Maman.
“Iya..”
___________________________________________________
___________________________________________________
Berlanjutlah inbok-inbokan dua anak adam itu. Sebenarnya
sih Maman tidak suka inbok-inbokan dengan cewek. Merobek kesucian
katanya. Makanya sampai sekarang dia jomblo. Hehehe. Tapi entah kenapa
dia mau meng-inbok Mimin. Mungkin karena satu pondok. Katanya sih, dia ingin
cari istri yang satu pesantren.
Hari berlalu. Kini, Maman sudah mengetahui
wajah Mimin. Mimin mengirim foto pada Maman. Padahal kata Maman, Mamannya tidak
meminta. Maman juga tahu banyak tentang Mimin. Mulai dari alamat rumahnya,
aktivitasnya, dan seterusnya. Maman juga tahu, Mimin suka mengakaji hadis. Juga
hafal al-Quran. Maman semakin kejang-kejang. Eh, maksud saya Maman semakin
kagum pada Mimin.
Kita tidak tahu ya… yang disampaikan Mimin itu
benar apa tidak. Bisa saja bohongan. Dasar kamu Man…! Polos banget kamu… Percaya
begitu saja.
Cerita terus mengalir. Episode berganti. Maman benar-benar
jatuh hati. Awalnya Maman kagum pada Mimin. Mimin hebat (Meski belum tentu
benar yah, hehe). Kegamuan Maman melahirkan getaran-getaran di hati. Getaran
semakin besar dan panjang saat inbok-inbokan dengan Mimin.
Sehingga pada suatu malam, saat malaikat turun
mengepakkan sayap-sayapnya, saat Allah menyaksikan tangisan-tangisan hamba
sholehnya, Maman mengutarakan niat baiknya. Maman ingin melamar Mimin.
“Loh, Man.. kamu kan masih belum tahu dia”
“Aku sudah yakin, dialah doa-doaku. Dialah jodohku,”
kata Maman.
Man… parah kamu ini !
“Maaf, kita jalani saja yang seperti ini,” Mimin
membalas inbok Maman.
Maman terdiam. Ya Allah, cintanya ditolak. Yah maklumlah.
Mimin tak mau gegabah. Mamannya saja yang kebangetan. Yah, mungkin
karena Maman begitu yakin, Mimin adalah wanita sholehah, penghafal al-Quran,
penghafal hadis, juga cantik jelita.
“Semoga engkau ada dalam istikharaku,” balas
lagi Mimin.
Hati Maman berbunga-bunga. Ada rasa sejuk
mengalir di hatinya. Dia bahagia. Ada harapan menyelinap dalam kalbunya. Dia punya
harapan untuk melamar Mimin. Dia juga semakin yakin, betapa sholehah kamu mimin…!
***
“Saya boleh nadzor..?” kata Maman suatu ketika.
“Bolehkah saya ke rumahmu?” lanjutnya.
“Jangan !” kata Mimin.
Mimin mengutarakan banyak alasan. Maman mulai
curiga, jangan-jangan ini bukan Mimin. Tapi Maman juga. Hehehehe… sadar kamu
Man. Maman mulai berpikir, selama ini Mimin jujur apa tidak sih.
Maman pun melacak profil FB Mimin. Tidak ada
petunjuk apa pun siapa sejatinya Mimin itu. Foto profilnya tidak ada yang
menampakkan wajah. Statusnya juga jarang ada teman perempuan yang komen. Mimin
benar-benar misterius.
Maman tidak putus asa. Dia mencoa membujuk
Mimin untuk mengirim video. Mimin tidak mau. Maman menelfon dengan viedeo call.
Mimin tidak mengangkatnya.
“Maaf, saya tidak bisa. Saya tidak pernah
seperti itu,” kata Mimin lewat SMS.
Mimin tidak pernah mengangkat telpon Maman. Kalau
pun diangkat, Mimin tidak pernah menampakkan diri. Gelap. Ya, kegelapan yang
diberikan kepada Maman. Maman memohon, semenit saja. Mimin tidak pernah
memberikannya. “Mamaf, hormatilah batasku !” kata Mimin.
Maman dilanda dilema. Bingung mau berbuat apa. Keraguan-raguan
pada ucapan Mimin mulai membahana. Dia merasa, selama ini Mimin sudah berbohong
kepadanya. Dia ingin pergi. Tidak bisa. Maman terlanjur jatuh cinta. Sudah berkali-kali
Maman memblokir Mimin, tapi berkali-kali pula Maman membuka blokir itu.
Sehingga pada suatu ketika, Maman mengungkapkan
kekesalannya. “Kamu telah membohongiku. Padahal aku tulus mencintaimu. Aku jujur
kepadamu. Aku berharap kamu penyempurna imanku. Tapi kamu pembohong. Ada kebohongan
besar dalam batasmu,” kata Maman.
Terjadilah petengkaran antara Mimin dan Maman. Maman
mencoa menjauh. Mimin meng-inbok Maman. Maman langsung membalas. Hehehe… Cinta
Maman kayaknya sudah stadium empat. Bertengkar lagi. Masalahnya sama. Maman
ingin tahu Mimin sebenarnya. Mimin tidak mau. Saat rindu, Maman meng-inbok
Mimin. Baikan lagi. Bertengkar lagi.
Akhirnya Maman pamit pada Mimin untuk pergi. Maaf
kalau ada salah selama ini. Maman menghafus semua foto dan nomor yang dikasih
Mimin. Berat sekali. Ya, berat sekali. Tapi, Maman harus melakukannya. Dan,
harus bisa.
Hehe.. Makanya Man… jangan terlalu percaya pada
perempuan di FB…! Andai Mimin itu jujur dan sungguhan, dia akan
mempersilahkanmu datang ke rumahnya. Eh, dia tidak mau. Ada apa? Iya kan? Dan
seharusnya, setelah kamu tahu seperti ini, kamu langsung menjauh. Mimin tidak
serius kepadamu. Atau selama ini Mimin memang bohong.
***
Cerita di atas bukan fiksi. Nyata, tapi ada
tambahannya dari saya. Menurut saya, cerita Maman di atas lucu. Kok bisa
Maman sampai segitunya. Gara-gara Mimin, dia labrak semua prinsipinya. Maman punya
perinsip: (1) tidak mau pacaran sampai menikah. (2) Dia punya keinginan, dia
kenalan dengan istrinya di kamar. Saat malam pertama. (3) Dia juga mengutuk
hubungan dengan lawan jenis. Apa pun bentuknya. Eh, gara-gara Mimin dia tabrak
semua perinsipnya. Kasihan ya, Maman.
Makanya teman-teman, hindari deh cari
jodoh di sosmed ; di FB, di Twitter, atau apalah. Takut seperti Maman itu. Saya
yakin, Maman pada awalnya berniat baik dan mematuhi batas-batas prinsipnya,
tapi setan menjerumuskannya. Dia tuh sebenarnya cari jodoh. Makanya, ketika
bertemu dengan Mimin yang tidak memasan foto di FB, hafal al-Quran, dan
lain-lain yang belum tentu kebenarannya, dia langsung jatuh hati. Weleh-weleh
!
Biar tidak seperti Maman, gini caranya melamar
gadis di FB
Pertama,
langsung inbok dia. Isi inboknya seperti ini, “Dek, bolehkah saya mengetahuimu
lebih jauh ? Jika boleh, izinkan saya ke rumahmu ! Ingin nadzor (melihat calon
pra nikah). Tulislah alamatmu dengan lengkap, kalau ada, nomer abimu juga
cantumkan!”
Itu conotoh bunyi inboknya. Narasinya terserah.
Intinya, ingin bertemu dengan pertemuan yang diradi orang tua dan Allah sang
pencipta. Kalau si wanita tidak mau, gak usah lanjut deh. Biar gak
seperti Maman.
Jika cewek dan mendapat inbok dari seorang
laki-laiki, balas begini, “Maaf, langsung saja datang ke rumah. Insyaallah ada Abah
yang akan menerima kedatanganmu di ruang tamu,” ini contoh saja. Narasinya
terserah dah. Yang terpenting, dia mau ke rumah. Kalau tidak mau, gak usah lanjut.
Biar gak mengalami seperti Maman.
Hehe…
*Terimakasih ceritanya ya… semoga bermenfaat
untuk para pembaca !
_____________________________________________
Baca juga Setelah Qabiltu Baru I Love U
____________________________________________
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!