Janji yang Teringkari dalam Film “Surga yang tak Dirindukan (1/2)”


salah satu adegan dalam film "Surga yang Tak Dirindukan
Berawal dari janji. Janji cinta. Bahwa kelak saat cinta itu sudah terikat akad, akan membahagiakannya. Janji itu diucapkan pada sang mertua. Ayah calon istri. Janji itu pun tidak berlebihan. Sebab, cinta yang membuncah dalam hati, membuatnya yakin bisa membahagiakan sang istri, Arini.

Akad terucap. Rumah tangga pasang-surut. Benarlah, rumah tangga bagai sebuah kapal. Kadang tenang, kadang berombang-ambing diterjang badai. Puncaknya, ketika Arini tahu Pras beristri lagi. Sakit. Ari mata yang terus menetes adalah kata lain dari sakit itu. Namun, Arini benar-benar wanita luar biasa. Dia bisa menyulap luka menjadi tawa. Dia bisa menyatukan kembali dongeng-dongengnya yang patah.


Mei, itulah nama yang hadir dalam kisah Arini. Mei menyadari, diantara dua cinta yang membara ada luka yang menganga. Dia pergi. Mencoba mencari kisahnya sendiri. Tentunya, Pras dan Arini menjadi ujung tombak inspirasi. Apalah arti gadis yang pupus asanya tanpa mereka berdua?

Takdir mempertemukan mereka lagi. Arini bertemu Mei di Turki. Pras menyusuli. Mulailah kisah cinta yang dulu pernah Mei hindari, kini menorehkan tinta lagi. Takdir. Ya, takdir. Padahal, Mei sudah memiliki calon pengganti. Seorang laki-laki yang mencintainya setengah mati. Ah, cinta itu aneh. Sering kali memilih orang yang tidak bisa membalas cinta itu.

Arini sakit. Kanker rahmi mulai menyebar ke otaknya. Menurut dokter sisa umurnya tinggal dua tahun lagi. Jika tidak ada perawatan, lebih cepat dari itu. Arini tak lagi memikirkan cintanya. Sebab ada cinta yang lebih besar dari cintanya itu, yaitu Nadia. Putri semata wayangnya. Arini mencoba menyatukan Pras dan Mei. Demi Nadia. Karena Nadia membutuhkan ibu. Dan dia tidak bisa menemani Nadia merangkai dongengnya.

“Aku mau, kamu jangan ceraikan Mei!”

“Enggak. Enggak. Apapun akan aku lakukan kecuali yang itu,” Pras menolak.

Pras. Ya, Pras. Kenapa Pras, suami yang begitu cinta pada Arini bisa tidak tahu Arini terkena kanker? Inilah diantara sisi yang membuat hati berdetak dalam film ini. Pras teringat janji. Janji yang dulu pernah ia lukis di langit hati ayah Arini.

“Saya berjanji, akan menjaga Arini, menjadi laki-laki yang bertanggung jawab, dan mencintai Arini sepenuh hati.”

Kini janji itu yang begitu menusuk dada Pras. Dia merasa gagal memenuhi janji itu. Dia merasa gagal karena tidak bisa menjaga Arini. Dia merasa gagal. Bukankah sering kali ari mata Arini jatuh karena dia. Apa lagi saat dulu dia menduakan Arini.

Begitulah. Penyesalan memang tidak pernah ada di depan. Penyesalan itu selalu di akhir. Saat tidak bisa lagi memberikan yang terbaik. Seringkali, seorang suami menyia-nyiakan istri, dan baru saja menyadari ketika istri itu pergi. Seringkali seseorang menyia-nyiakan orang dekatnya, dan baru menyesali setelah tak lagi bisa mendekapnya.

Arini meninggal. Kisah Arini berakhir di sini. Benarlah perkataan Arini, “Kematian datang kapan saja tanpa sepengetahuan kita.” Sepertinya, Arini sudah merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

Film ini benar-benar membuat baper. Bahkan bisa dikata, tak seorang pun yang menonton film yang diangkat dari Novel Asma Nadia ini yang tidak berlinang air mata. Dalam film ini, ada kisah cinta, ada kisah pengorbanan, ada kisah penyesalan, dan ada kisah keinganan. Film ini akan membuat kita lebih memahami arti hidup. Selamat menyaksikan !



Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post