Entah, aku bingung ingin menulis
apa. Ingin mennulis artikel gak punya tinta, ingin menulis cerpen tidak
memiliki kata-kata. Hanya ingin tanpa raga, hanya asa tanpa rupa. Tak
berlebihan jika keadaanku yang sekarang ini kuumpamakan deangan burung tanpa sayap; burung
yang hanya merangkak ditanah luas, burung yang hanya bisa memandang indahnya
langit biru, burung yang hanya bisa mengimpikan terbang bersama awan salju.
Ternyata, aku kurang dalam
memahami semua ini. Semua yang ada di dunia ini harus melalui peroses yang
sedemikian rumit. Jika tidak, apapun itu hanya semu, tidak memiliki jati diri. Peroses
itulah yang menyulap “apa-apa” menjadi sangat berharga. Benaralah kata mas d.
Nawawy Sadoellah bahwa pejuang kemerdekaan dihormati bukan hanya karna berhasil
mengusir penjajah, tapi juga karena perjuangannya yang begitu gagah.
Kupu-kupu nan indah tidak
lahir hanya dari asa belaka, tapi ada peroses yang begitu panjang. Dalam
menajalani peroses itu sangat dibutuhkan keuletan dan kesabaran. Sebab jika
tidak, bukan tidak mungkin ulat akan mati sebelum sampai tujuan. Ketika peroses
itu tidak berhasil, intan permata hilang begitu saja. Yang tersisa hanya
angan-angan dan mungkin kehinaan. Namun, pedih ketika gagal menuju asa dan
cita-cita, tidak seberapa dibandingkan orang yang mengabaikan cita-cita atau
dibanding orang yang tidak memilik cita-cita sama sekali.
Ketika seseorang ingin
juara kelas misalnya, tapi dia takut bersaing, dia takut kalah lalu dia tidak
mau belajar mengejar keinginannya, dia akan merugi, sangat merugi. Stidaknya,
orang yang seperti ini akan mendapat dua kerugian. Yang pertama, dia menyesal
kenapa tidak belajar denagan sungguh-sungguh. Yang kedua, dia sedih karna tidak
mendapatkan keinginannya, Juara kelas.
Beda halnya denagan orang
yang sangat teguh memertahankan cita-citanya. Meski persaingan begitu
menegangkan, dia tetap belajar dan belajar. Ketiak dia gagal, dia hanya akan
mendapat satu kerugian yaitu dia sedih karena tidak juara keals. Tapi, hal itu
akan sedikit hilang ketika ingat bahwa semaua yang terjadi merupakan taqdir
ilahi. Wong dia sudah belajar, hanya saja takdir berkata lain.
Mungkin semua uraian ini
akan menjadi motivasi tersendiri bagiku untuk selalu berproses, untuk selalu
memapah diri menjadi lebih baik dan terus baik. Memang, tidak ada yang cuma-cuma
di dunia ini. Semua keinginan harus dibalas denagan imbalan yang sesuai. Jika
imbalan itu besar, maka titik baliknya juga besar.
Good luck………! Amin……
Tulisan ini entah kapan
saya tulis. Mungkin sudah lama. Tadi, saya buka-buka folder lama, eh ada
tulisan ini. Saya lihat di blog peribadi. Belum diposting. Saya posting aja..!
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!