Setelah “QOBILTU”, Baru “I LOVE U”

Dilihat dari segi bahasa, “I LOVE U” dan “QOBILTU” begitu berbeda. “I LOVE U” adalah bahasa Inggris yang memiliki arti “Aku cinta kamu”. Sedangkan “QOBILTU” adalah bahasa Arab yang berarti “Saya terima”. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, keduanya memiliki persamaan fungsi, yaitu untuk memulai hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hubungan yang diawali dengan “I LOVE U” disebut pacaran, yang diawali dengan “QOBILTU” disebut pernikahan.

Tentu, konsekoensi dari dua kalimat itu berbeda. Hubungan yang dibangun di atas dasar “I LOVE U” sama sekali tidak ada tanggung jawab. Bahkan, tidak memiliki hubungan terikat. Ikatan diantara kedua belah pihak hanya “merasa” terikat saja. Tidak sampai ada ikatan nyata. Dengan demikian, boleh putus kapan saja dan di mana saja. Maka tak heran, jika hubungan ini terkesan hanya untuk senang-senang. Mengumbar nafsu. Lalu, membikin pelakunya terjerumus pada perbuatan yang dimurkai Allah swt.


Coba kita lihat, bukankah kita sering mendengar berita sisiwi SMA hamil di luar nikah? Bukankah kita sering mendengar bayi ditemukan di tong sampah? Bukankah kita sering mendengar banyak gadis yang sudah tidak perawan? Semua itu ulah kalimat “I LOVE U”. Kalimat ini begitu kramat sehingga membuat orang kalap.

Memang sangat disayangkan. Hanya dengan kalimat “I LOVE U”, seorang perempuan menjadikan dirinya tak ubahnya seorang istri. Menjadikan dirinya diperlakukan sepuas hati. Padahal, sering kali setelah selesai, hubungannya pun selesai. Tidak ada tanggung jawab sama sekali.

Pertanyaannya, kenapa perempuan mau? Padahal, barang yang bisa dicoba-coba, dipegang-pegang, kalau tidak cocok bisa diurngkan, itu murahan. Barang yang ada di pasar tak berkelas. Biasanya dijual dipinggir jalan. Yang membelipun orang rendahan. Beda halnya dengan barang mahal. Barang yang dijual dil Mall-Mall. Tidak boleh dicoba-coba, tidak boleh segelanya dibuka, kalau tidak cocok tidak jadi. Tidak boleh seperti itu. Begitu juga dengan perempuan. Perempuan yang mahal hanya mau pada orang yang meminangnya pada orang tua. Suami tercinta. Selain itu, dia tidak mau. Ada aturan agama yang melarang.

Coba bandingkan dengan kalimat “QOBILTU”. Dalam Islam, kalimat “QOBLILTU” bukan kalimat biasa. Kalimat ini sebagai ikrar pertanggung-jawaban seorang laki-laki. Dengan mengucapkan “QOBILTU”, seorang laki-laki berikrar kepada Allah untuk membahagiakan istrinya. Berikrar kepada mertua untuk selalu menjaga anaknya. Oleh karena itu, Islam memberi kewajiban-kewajiban kepada suami.

Tidak hanya itu, suami juga berkewajiban untuk memperlakukan istri dengan baik. Allah I befirman, “……….Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’ [04]: 19)

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan untuk memperlakukan istri dengan perilaku baik. Menyapanya dengan lembut dan wajah berseri-seri. Berdasarkan ayat ini, seorang suami tidak boleh menyakiti istri, tidak boleh memukul istri, tidak boleh memarahi istri tanpa sebab. Bahkan, andai seorang suami menemukan kekurangan pada sang istri, suami harus sabar. Tidak boleh langsung membuangnya begitu saja. Mungkin, kekurangan itu malah menjadi kebaikan di kemudian hari.

Imam Maraghi mengatakan dalam tafsirnya, Tafsîr al-Marâghî, ayat di atas mengandung unsur kerja-sama. Maksudnya, sorang istri dan suami harus sama-sama memperlakukan pasangannya dengan baik. Membuat pasangannya bahagia dan sentosa. Hal ini bisa dilakukan dengan menjauhi apa yang tidak disukai pasangannya serta melakukan kewajiban dengan hati ikhlas dan wajah mempesona. Seorang suami harus berusaha menghindari apa yang tidak disukai istri. Istri harus menjauhi apa yang tidak disukai suami. Mereka berdua juga harus melakukakan kewajiban masing-masing.

Hal sedemikian, adakah dalam hubungan “I LOVE U”? Tidak ada. Sebab, dalam hubungan ini tidak saling terkait dan terikat. Tidak ada janji untuk saling mengasihi. Tidak ada janji kepada Allah untuk saling menjaga. Tidak ada. Yang ada hanya janji palsu. Janji yang hanya untuk mencapai kepuasan nafsu. Janji yang sama sekali tidak ada usaha untuk menepati. Bahkan, kalimat ini identik dengan dosa.

Biasanya, orang yang memilih “I LOVE U” mengatakan, “I LOVE U” sebagai jalan menuju “QOBILTU”. “I LOVE U” untuk ta’aruf. Alasan semacam ini tidak bisa kita terima. Sebab, Islam juga menganjurkan kepada pemeluknya untuk mengenal calon pendamping. Namun, caranya bukan dengan pacaran. Islam memiliki cara sendiri untuk mengenal calon pendamping hidup.

Dalam Islam, ketika seseorang mantap untuk menikah maka sunah untuk melihat calonnya. Laki-laki sunah melihat wajah dan telapak tangan perempuan yang akan dinikahi. Perempuan sunah melihat selain diantara pusar dan lutut calon suami. Hal ini dilakukan, agar suami istri tidak menyesal di kemudian hari. Rasulullah r berkata kepada sahabat Mughirah yang telah melamar seorang perempuan, “Lihatlah dia. Sebab, melihat itu lebih menjamin untuk selalu membahagiakan kalian berdua!”. (HR. Imam Turmudzi)

Kalau cuma melihat, bisakah mengetahui sifat dan karakter calon? Permasalahan ini bisa dipecahkan dengan bertanya. Selain melihat calon, Islam juga memberi arahan kepada kita untuk menanyai sifat dan karakter calon. Bisa bertanya kepada sahabat calon, orang dekat calon, atau orang yang tahu tentang calon. Dan, orang yang ditanyai wajib memamaparkan apa adanya. Apapun yang dia tahu harus diuangkpakan. Yang jelek atau yang baik.

Namun sebenarnya, hal terbaik yang bisa dilakukan untuk mengetahui calon adalah dengan cara bertanya kepada Allah. Meminta petunjuk-Nya. Hal ini bisa dilakukan dengan salat Istikharah. Salat Istikhrah meruapakan cara paling tepat untuk mengetahui baik dan tidaknya calon. Sebab, Allah tidak akan pernah bohong. Allah juga pasti memberi jalan terbaik untuk hamba-Nya yang memohon.


Maka, “QOBILTU” adalah jalan terbaik untuk menjalin hubungan. Pula, jalan terbaik untuk meniti kehidupan. Hubungan “QOBILTU” penuh dengan tanggung jawab. Seorang suami memiliki tanggung jawab pada istri. Seorang istri memiliki tanggung jawab pada suami. Keduanya juga memiliki tanggung jawab kepada Allah I. Lalu, apakah sama sekali tidak boleh mengatakan “I LOVE U”? Boleh, tapi setelah adanya “QOBILTU”. Kepada istri atau suami tercinta.

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post