Para ulama sepakat bahwa Nabi
Muhammad saw. lahir pada hari Senin bulan Rabiul Awal tahun Gajah. Namun,
mereka tidak sepakat mengenai tanggal lahir beliau. Ada yang mengatakan tanggal
9, ada yang mengatakan tanggal 18, dan lain-lain. Menurut Ibnu Ishaq, tanggal
lahir beliau adalah tanggal 12. Pendapat ini yang diamalkan oleh kebanyakan
umat Islam, termasuk umat Islam Indonesia.
Dengan demikian, hari ulang tahun
Rasulullah adalah hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal. Pertanyaannya sekarang,
kira-kira apa yang akan kita berikan kepada Rasulullah pada hari ulang tahun
beliau?Pastinya hal yang istimewa. Karena memberikan sesuautu pada
orang yang istimewa haruslah istimewa.
Dalam sebuah hadis dijelaskan
bahwa Rasulullah saw. berulang tahun bukan setahun sekali. Bahkan seminggu
sekali, yaitu setiap hari Senin. Beliau merayakan ulang tahun dengan cara
berpuasa. Beliau sering berpuasa pada hari Senin. Ketika ditanya tentang puasa
itu, Rasulullah menjawab, “Hari itu (Senin, red)
adalah hari dimana aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Imam
Muslim)
Dalam hadis di atas, Rasulullah
mengistimewakan hari Senin. Sebab, pada hari itulah beliau mendapat dua nikmat
yang agung, yaitu beliau dilahirkan dan diberi wahyu. Menurut para ulama,
Rasulullah berpuasa itu sebagai bentuk syukur.
Selain itu, hadis di atas
menunjukkan bahwa hari Senin adalah hari istimewa. Kenapa? Karena pada hari itu
Rasulullah dilahirkan. Tentunya, ketika hari Senin istimewa karena menjadi hari
kelahiran Rasulullah, bulan Rabiul Awal juga istimewa karena menjadi bulan
lahirnya Rasulullah.
Karena itulah, Imam Suyutih
mengatakan, jika bulan Rabiul Awal datang, kita harus menghormati dan
memuliakannya semulia-mulianya. Karena Rasulullah sendiri menghormati hari
kelahirannya, kita juga harus menghormati hari dan bulan kelahiran beliau.
Ada banyak cara untuk menghormati
hari atau bulan kelahiran Rasulullah saw.. Bisa dengan berpuasa sebagaimana
Rasulullah, atau berdzikir, atau bersedekah, atau amal ibadah yang lain.
Menghormati hari atau bulan kelahiran Rasulullah subtansinya adalah bersyukur
atas kelahiran Rasulullah saw.. Sebab dengan adanya Rasulullah saw. kita bisa
mengetahui yang hak dan yang batil. Dan hal itu bisa dilakukan dengan amal baik
apapun.
Bagaimana kalau menghormatinya
dengan bermaulid? Bermaulid sebagaimana yang dilakukan umat Islam di seluruh
dunia termasuk amal baik. Isi maulidan tidak ada yang dilarang oleh Syariat.
Kalau kita teliti, yang dibaca dalam maulidan adalah sholawat, berdzikir
bersama, membaca sejarah Rasulullah, juga bersedekah pada undangan. Itu semua
tidak dilarang oleh syariat.
Maulidan sama dengan milad atau
merayakan kemerdekaan negara. Muhammadiyah melakukan milad. Negara Indonesia
merayakan kemerdekaan. NU juga memperingati hari kelahirannya. Kalau negara dan
ormas saja kita rayakan kelahirannya, apa lagi Rasulullah saw.. Harus lebih
kita rayakan hari atau bulan kelahiran beliau.
Tentu, maulidan tidak boleh kita
kerjakan dengan hal-hal yang melanggar syariat. Misalnya, maulidan dengan alat
music yang diharamkan. Tidak boleh. Sebab, maulidan harus mencerminkan adab dan
penghormatan kita kepada Rasulullah. Dan melanggar syariat bukan bentuk
penghormatan, bahkan penghinaan kepada beliau.
Selain itu, maulidan atau
merayakan kelahiran Rasulullah termasuk bukti cinta kita kepada beliau.
Bermaulidan berarti kita ingat kepada Rasulullah. Mengingat Rasulullah saw.
adalah tanda bahwa kita mencintai beliau. Adagium Arab mengatakan, “Barang
siapa yang mencintai sesuatu, pasti sering menyebutnya.”
Jadi, mari kita rayakan kelahiran
Rasulullah dengan meningkatkan amal ibadah. Bisa dengan bepuasa, berdzikir,
bersedekah, maulidan atau amal sholeh lainnya. Kalau kita
senang ulang tahun kita dirayakan, kenapa tidak mau merayakan hari kelahiran
Rasulullah saw.? Kalau kita merayakan kemerdekaan dan lahirnya sebuah ormas,
kenapa kita tidak merayakan hari kelahiran Rasulullah saw.?
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!