……قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ.
قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
فَإِنَّهُ يَرَاكَ ……
“…Laki-laki
itu bertanya (lagi), “Kabarkanlah kepadaku, apa itu Ihsan?” Nabi Muhammad Saw.
menjawab, “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika
engkau tidak bisa (seakan-seakan) melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihatmu…..”
(HR. Imam Muslim)
Setelah
kita tahu apa itu Islam, apa itu Iman, sekarang kita mengaji apa itu Ihsan.
Tentu, Ihsan tidak boleh kita tinggalkan. Ihsan harus kita tingkatkan agar
Islam kita menjadi sempurna. Lalu, apa Ihsan itu?
Pertama, Ihsan adalah saat kita beribadah, kita begitu khusyuk. Saking
khusyuknya, seakan-akan kita melihat Allah. Maka, ketika sholat (misalnya),
kita khusyuk. Seakan-akan kita melihat Allah. Karenanya, penting bagi kita
untuk mentadabburi bacaan sholat.
Kita
ucapkan takbir, Allahu Akbar. Kita tadabburi artinya, Allah maha besar.
Kita baca doa Iftitiah, kita tadabburi artinya. Kita ucapkan, Inni Wajjahtu
Wajhiya Lil-ladizi Fathoro-s Samawati Wal Aardi. Sesungguhnya aku
menghadapkan wajahku kepada Dzat yang menjadikan langit dan bumi. Dan
seterusnya.
Kedua, kalau tidak bisa seakan-akan melihat Allah, maka kita merasa
dilihat Allah. Saat kita sholat, kita merasa bahwa Allah melihat kita. Ini
tingkatan yang kedua. Setiap kita bergerak, kita merasa dilihat Allah.
Dan,
Islam sudah menuntun kita agar kita selalu ingat Allah. Seperti, Islam
menganjurkan kita untuk selalu berdoa ketika mau beraktivitas. Mau masuk masjid
ada doanya, mau keluar masjid ada doanya. Mau bercermin ada doanya. Hal itu
agar kita selalu merasa bersama Allah, selalu merasa dilihat Allah.
Kalau
difikir-fikir, Islam itu sangat sempurna. Hal kecil saja, dalam Islam diatur. Seperti
membaca doa setiap aktivitas itu. Masuk kamar mandi, ada doanya. Begitu
sempurna bukan? Makanya, ada Non Muslim masuk Islam karena aktivitas dalam
Islam ada tuntunanya. Ada doanya.
Bagaimana
kalau tidak hafal doa-doa setiap aktivitas? Maka, paling tidak membaca
Basmalah. Rasulullah bersabda,
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم أقطع
“Setiap
sesuatu yang memiliki nilai kebaikan, tapi tidak dimulai dengan Bismillah, maka
terputus” (HR. Abdul Qodir ar-Rohawi)
Artinya
terputus? Kurang berkahnya. Amal yang memiliki nilai kebaikan, tapi tidak
dimulai dengan Bismillah, maka kurang berkahnya. Menurut para ulama, yang
dimaksud dengan “memiliki nilai kebaikan” di sini adalah sesuatu yang
diperhitungkan dalam syara’. Baik karena perkara wajib, sunah atau mubah.
Karenanya, jika sesuatu itu haram, maka haram membaca Basmalah. Jika sesuatu
itu makruh, maka makruh membaca Basmalah. Jika sesuatu itu rendahan, seperti
membuang sampah, maka tidak dianjurkan membaca Basmalah.
Gampangnya,
yang dianjurkan membaca Basmalah, saat kita ingin melakukan sesuatu yang bukan
perkara haram, bukan pekera makruh, dan bukan perkara yang dianggap rendahan.
Membaca
Bismillah ini begitu dahsyat. Ada cerita, dulu ada seorang suami yang tidak
mencintai istrinya. Anggaplah, sang suami menikah karena terkpaksa. Sang suami
mencari-cari kesalahan istri. Agar, sang suami bisa menceraikannya.
Suatu
ketika, sang suami memiliki ide. Sang suami memberikan sebuah harta kepada sang
istri. Dan bilang, jangan sampai harta itu hilang. Kalau harta itu hilang, maka
sang istri akan dicerai. Lalu, sang istri meletakkan harta itu di dalam lemari.
Ketika
sang istri tidak ada, sang suami mengambil harta itu dan membuangnya ke dalam
sumur. Setelah itu, dia memanggil si istri dan meminta hartanya. Si istri
dengan polosnya langsung beranjak menuju lemari. Tak lupa, seperti
kebiasaannya, si istri membaca Basmalah sebelum membuka pintu
lemari.Subhanallah, berkah Basmalah, harta yang dibuang ke dalam sumur, ternyata
masih ada di dalam lemari. Maha Kuasa Allah.
Sang
suami pun akhirnya mencintai si istri dengan sepenuh hati. Itulah diantara
bukti betapa dahsyatnya Basmalah.
*Disarikan
dari ngaji sore, Kitab Al-Arba’in An-Nawawi, di Masji Al-Hidayah, Simo Mulyo
Baru 4E/16A, Surabaya
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!