Dalam al-Qur’an, Allah swt. mewajibkan kepada seluruh umat Islam untuk salat lima waktu; Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isyak, dan Subuh. Awal diwajibakannya salat ini bertepatan dengan Isra’ Mi’rajnya Rasulullah saw.. Awalnya, berjumlah 50, tapi setelah Rasulullah meminta despensasi beberapa kali, salat yang wajib dilakukan sehari semalam hanya lima salat.
Salat lima waktu ini merupakan rukun Islam yang nomer dua setelah syahadat. Artinya, salat termasuk amal ibadah nomer wahid dalam Islam. Juga bisa dikatakan salat adalah ruh Islam. Dengan demikian, jika ada orang mengaku Islam, tapi tidak salat, keislamannya perlu dipertanyakan.
Namun kenyataannya, salat kita masih bolong-bolong. Tidak lengkap lima waktu. Kadang Subuh tidak salat karena kesiangan. Kadang Dzuhur tidak salat karena sibuk bekerja. Kadang Ashar tidak salat karena begitu malas. Dan seterusnya. Hal demikian besar kemungkinan karena belum faham betul arti salat. Pula, kurang terbiasa melakukan salat.
Padahal, Islam sama sekali tidak mentolerir untuk meninggalkan salat. Bagaiamanapun keadaan kita, kita tidak boleh meninggalkan salat. Misalnya kita sakit, kita tetap berkewajiban mengerjakan salat. Namun, salat yang dibebankan kepada kita menurut kemampuan kita. Kalau mampu salat duduk, maka salat dengan duduk. Kalau hanya mampu salat berbaring, maka salat dengan berbaring.
Oleh karena itu, tidak heran jika Islam melatih kita salat sejak kecil. Dalam leteratur fikih dijelaskan bahwa ketika ada anak berumur tujuh tahun maka orang tua harus menyuruhnya melakukan salat. Ketika berumur 10 tahun orang tua harus memukulnya jika tidak salat. Hal ini bertujuan agar salat mendarah daging dengan si anak, menjadi kebiasaan si anak, sehinggat ketika besar sulit meninggalkannya. Maka, sudah menjadi keharusan bagi orang tua untuk mengajari anaknya salat sejak kecil. Kalau tidak diajari sendiri, bisa diserahkan kepda guru setempat, seperti musholla atau masjid.
Jika anak tidak diajari salat sejak kecil, tidak dibiasakan sejak kecil, maka ketika besar sulit sekali istikamah salat lima waktu. Bisa jadi salatnya sesempatnya saja. Kalau sempat, salat. Kalau tidak sempat, tidak salat. Ketika demikian, apakah kita bisa menyalahkan orang tua? Tidak usah. Biarkan kesalahan mereka berlalu. Keharusan kita adalah memperbaiki diri. Memperbaiki salat kita. Sedikit-demi sedikit kita kerjakan salat lima waktu. Awalnya pasti sulit dan berat. Sebab, salat adalah kebaikan dan keridaan Tuhan. Dan, nafsu tidak mau kepada kebaikan. Nafsu cendrung mengajak kepada kejelekan dan yang enak-enak. Akan tetapi yakinlah. Kita pasti bisa membiasakan salat lima waktu. Kalau sudah terbiasa salat, meninggalkannya akan terasa berat.
Sebenarnya, Allah tidak butuh salat kita. Kita salat atau kita tidak salat, tidak ada efeknya kepada Allah. Yang butuh kepada salat adalah kita sendiri. Kenapa kita butuh? Sebagai konsekowensi penciptaan kita. Sebab, tujuan kita diciptakan adalah untuk menyembah Allah swt. Bukan untuk yang lain. Salat termasuk salah satu perwujudan penyembahan (ibadah) kita kepada Allah swt. Jika kita tidak salat, malah sibuk dengan pekerjaan atau yang lainnya, berarti kita menyalahi tujuan penciptaan kita.
Selain itu, salat sebagai penghapus kesalahan dan dosa kita. Hal ini pernah diungkapkan oleh Rasulullah saw.. Dalam sebuh hadis Imam Bukhari, Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabat, “Katakan, andai ada sebuah sungai di depan pintu salah satu kalian. Lalu, dia mandi di sungai itu setiap hari lima kali. Menurutmu, masihkah ada sisa dari kotorannya?.” Sahabat menjawab, “Kotorannya tidak tersisa sama sekali.” Rasulullahpun menimpali, “Begitu juga salat lima waktu menghapus kesalahan-kesalahan.”” (HR. Imam Bukhari)
Sebaliknya, kalau kita tidak salat, maka dosalah yang akan kita dapat. Salat lima waktu pahalanya besar, dosanya juga besar. Bahkan, Imam Ibnu Bathal mengatakan dalam kitabnya, Syarh Sahih al-Bukhari Li Ibni Bathal bahwa meninggalkan salat lima waktu adalah dosa yang paling Allah benci setelah syirik. Tak heran, jika hukuman bagi orang yang meninggalkan salat sangat berat. Orang yang meninggalkan salat karena malas maka dia harus dibunuh. Orang yang meninggalkan salat karena tidak percaya pada kewajiban salat maka dihukumi keluar dari Islam. Konon, pada hari hisab nanti, pertama kali yang ditanyakan adalah salat lima waktu. Jika salat lima waktu baik, maka baiklah amal yang lain. Namun, jika salat lima waktu jelek, maka jeleklah semua amal yang lain.
Akhiran, salat lima waktu adalah kewajiban yang tidak boleh kita tinggalkan. Salat lima waktu adalah identitas muslim. Jika tidak salat maka tidak pantas disebut muslim. Memang sulit melakukannya, tapi kalau sudah terbiasa, akan sulit meninggalkannya. Salat lima waktu adalah kewajiban. Jika kita lalai bahkan mengabaikan, nanti di akhirat harus dipertanggung-jawabkan.
Salat lima waktu ini merupakan rukun Islam yang nomer dua setelah syahadat. Artinya, salat termasuk amal ibadah nomer wahid dalam Islam. Juga bisa dikatakan salat adalah ruh Islam. Dengan demikian, jika ada orang mengaku Islam, tapi tidak salat, keislamannya perlu dipertanyakan.
Namun kenyataannya, salat kita masih bolong-bolong. Tidak lengkap lima waktu. Kadang Subuh tidak salat karena kesiangan. Kadang Dzuhur tidak salat karena sibuk bekerja. Kadang Ashar tidak salat karena begitu malas. Dan seterusnya. Hal demikian besar kemungkinan karena belum faham betul arti salat. Pula, kurang terbiasa melakukan salat.
Padahal, Islam sama sekali tidak mentolerir untuk meninggalkan salat. Bagaiamanapun keadaan kita, kita tidak boleh meninggalkan salat. Misalnya kita sakit, kita tetap berkewajiban mengerjakan salat. Namun, salat yang dibebankan kepada kita menurut kemampuan kita. Kalau mampu salat duduk, maka salat dengan duduk. Kalau hanya mampu salat berbaring, maka salat dengan berbaring.
Oleh karena itu, tidak heran jika Islam melatih kita salat sejak kecil. Dalam leteratur fikih dijelaskan bahwa ketika ada anak berumur tujuh tahun maka orang tua harus menyuruhnya melakukan salat. Ketika berumur 10 tahun orang tua harus memukulnya jika tidak salat. Hal ini bertujuan agar salat mendarah daging dengan si anak, menjadi kebiasaan si anak, sehinggat ketika besar sulit meninggalkannya. Maka, sudah menjadi keharusan bagi orang tua untuk mengajari anaknya salat sejak kecil. Kalau tidak diajari sendiri, bisa diserahkan kepda guru setempat, seperti musholla atau masjid.
Jika anak tidak diajari salat sejak kecil, tidak dibiasakan sejak kecil, maka ketika besar sulit sekali istikamah salat lima waktu. Bisa jadi salatnya sesempatnya saja. Kalau sempat, salat. Kalau tidak sempat, tidak salat. Ketika demikian, apakah kita bisa menyalahkan orang tua? Tidak usah. Biarkan kesalahan mereka berlalu. Keharusan kita adalah memperbaiki diri. Memperbaiki salat kita. Sedikit-demi sedikit kita kerjakan salat lima waktu. Awalnya pasti sulit dan berat. Sebab, salat adalah kebaikan dan keridaan Tuhan. Dan, nafsu tidak mau kepada kebaikan. Nafsu cendrung mengajak kepada kejelekan dan yang enak-enak. Akan tetapi yakinlah. Kita pasti bisa membiasakan salat lima waktu. Kalau sudah terbiasa salat, meninggalkannya akan terasa berat.
Sebenarnya, Allah tidak butuh salat kita. Kita salat atau kita tidak salat, tidak ada efeknya kepada Allah. Yang butuh kepada salat adalah kita sendiri. Kenapa kita butuh? Sebagai konsekowensi penciptaan kita. Sebab, tujuan kita diciptakan adalah untuk menyembah Allah swt. Bukan untuk yang lain. Salat termasuk salah satu perwujudan penyembahan (ibadah) kita kepada Allah swt. Jika kita tidak salat, malah sibuk dengan pekerjaan atau yang lainnya, berarti kita menyalahi tujuan penciptaan kita.
Selain itu, salat sebagai penghapus kesalahan dan dosa kita. Hal ini pernah diungkapkan oleh Rasulullah saw.. Dalam sebuh hadis Imam Bukhari, Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabat, “Katakan, andai ada sebuah sungai di depan pintu salah satu kalian. Lalu, dia mandi di sungai itu setiap hari lima kali. Menurutmu, masihkah ada sisa dari kotorannya?.” Sahabat menjawab, “Kotorannya tidak tersisa sama sekali.” Rasulullahpun menimpali, “Begitu juga salat lima waktu menghapus kesalahan-kesalahan.”” (HR. Imam Bukhari)
Sebaliknya, kalau kita tidak salat, maka dosalah yang akan kita dapat. Salat lima waktu pahalanya besar, dosanya juga besar. Bahkan, Imam Ibnu Bathal mengatakan dalam kitabnya, Syarh Sahih al-Bukhari Li Ibni Bathal bahwa meninggalkan salat lima waktu adalah dosa yang paling Allah benci setelah syirik. Tak heran, jika hukuman bagi orang yang meninggalkan salat sangat berat. Orang yang meninggalkan salat karena malas maka dia harus dibunuh. Orang yang meninggalkan salat karena tidak percaya pada kewajiban salat maka dihukumi keluar dari Islam. Konon, pada hari hisab nanti, pertama kali yang ditanyakan adalah salat lima waktu. Jika salat lima waktu baik, maka baiklah amal yang lain. Namun, jika salat lima waktu jelek, maka jeleklah semua amal yang lain.
Akhiran, salat lima waktu adalah kewajiban yang tidak boleh kita tinggalkan. Salat lima waktu adalah identitas muslim. Jika tidak salat maka tidak pantas disebut muslim. Memang sulit melakukannya, tapi kalau sudah terbiasa, akan sulit meninggalkannya. Salat lima waktu adalah kewajiban. Jika kita lalai bahkan mengabaikan, nanti di akhirat harus dipertanggung-jawabkan.
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!