Sebagaimana yang kita ketahui, salat maktubah diwajibkan pada waktu Rasulullah Isra’-Mi’raj. Tepatnya –menurut sebagian ulama- pada malam Senin, tanggal 27, bulan Rajab, setahun sebelum hijrah. Dengan demikian, tanggal 27 adalah tanggal ulang tahun salat. Bulan Rajab adalah bulan ulang tahun salat. Lalu, hadiah apakah yang harus kita berikan pada salat?
Tentu, hadiah yang harus kita berikan adalah sesuatu yang berharga. Sesuatu yang pantas kita banggakan kelak di hadapan Allah swt.. Kita tidak perlu pelit menghadiahkan ‘sesuatu’ untuk salat. Sebab, hadiah itu kembali kepada kita sendiri. Memberi hadiah untuk salat, berarti memberi hadiah untuk kita sendiri.
Hadiah yang paling utama adalah memperbaiki salat. Untuk itu, setidaknya ada dua poin yang harus kita penuhi. Pertama, menyempurnakan rukun-rukun dan sunah-sunah salat. Langkah awal untuk memperbaiki salat adalah dengan cara melakukan sunah-sunah salat dan menyempurnakan rukun-rukunnya. Hal itu sebagai bentuk penghormatan kita kepada salat. Sebab, orang yang meremehkan salat Allah juga akan meremehkannya.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa salat yang sempurna akan bersinar dan memintakan syafaat untuk pemiliknya. Sebaliknya, salat yang tidak sempurna akan menghitam dan murka pada pelakunya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang wudu dan menyempurnakannya, kemudian salat, lalu menyempurnakan rukuknya, sujudnya, dan bacaannya, maka salat akan berdo’a, “semoga Allah menjagamu sebagaimana engkau menjagaku.” Kemudian ia naik ke langit dan dia memiliki cahaya. Lalu, dibukalah pintu-pintu langit sehingga sampai kepada Allah swt.. Lalu, salat itu memintakan syafaat untuk pemiliknya. Namun apabila tidak menyempurnakan rukuk, sujud, dan bacaannya, maka salat akan berkata, “semoga Allah memnyia-nyiakanmu sebagaimana engkau menyia-nyiakanku. Kemudian salat itu naik ke langit dan ia buram. Langitpun ditutup darinya. Kemudian salat itu dilipat sebagaimana pakaian dilipat dan dilempar ke wajah pemiliknya.” (HR. Imam Baihaqi)
Tidak hanya itu, orang yang tidak menyempurnakan pekerjaan salat dijuluki koruptor oleh Rasulullah saw.. Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabat, “curian apa yang kalian anggap lebih jelek?” Sahabat menjawab, “seseorang yang mencuri milik saudaranya.” Lalu, Rasulullah menimpali, “sesungguhnya, paling jeleknya curian adalah orang yang korupsi terhadap salatnya.” Sahabatpun tidak mengerti maksud Rasulullah. Mereka betanya lagi, “bagaimana bisa salah satu kita korupsi terhadap salat?” Rasulullah menjawab, “seseorang yang tidak menyempurnakan rukunya, sujudnya, dan kekhusyukannya.” (HR. Imam Baihaqi)
Kedua, berusaha khusyuk. Memang tidak semua orang bisa khusyuk, tapi kalau tidak dicoba kapan bisa. Bukankah semua keahlian kita didapat dengan mencoba dan berlatih? Seperti berjalan. Sekarang kita berjalan, karena dulu kita berlatih berjalan. Sekarang kita bisa menulis karena dulu kita belajar menulis. Oleh karena itu, pada ulang tahun salat kali ini, kita berlatih khusyuk. Sedikit demi sedikit. Insyaallah, kedepannya kita bisa khusyuk.
Kenapa kita harus berlatih khusyuk? Khusyuk dalam salat adalah ruh. Jika kita salat tanpa kekhusyukan, salat kita tidak memiliki ruh. Andai salat kita umpakan hewan, maka niat dan kekhusyukan adalah ruhnya. Pekerjaan salat adalah badannya. Rukuk dan sujud adalah kepalanya. Anggota yang mempercantik adalah sunah-sunahnya. Salat tanpa kekhusykan seperti hewan yang mati.
Memang, menurut ulama fikih khusyuk bukan rukun atau syarat sahnya salat. Artinya, salat tetap sah walaupun tidak khusyuk. Akan tetapi, salat tanpa kekhusyukan hanya menjadi penggurgur kewajiban bukan investasi masa depan. Padahal, salat-salat kita kelak akan sangat kita butuhkan. Sebab, salat adalah perbuatan pertama kali yang akan dihisab. Jika salat kita baik, baik pulalah amal yang lain. Jika salat kita jelek, jelek pulalah amal yang lain.
Selain itu, di antara ciri-ciri orang yang sukses dan beruntung adalah orang yang salat dengan penuh kekhusyukan. Sebagaiaman firman Allah dalam al-Quran, “(1)Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (2) (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,…..” (QS. Al-Mu’minun [23]: 1-2)
Kalau kita menilik biografi para ulama, betapa dahsyatnya kekhusyukan mereka ketika salat. Sebut saja Abullah bin Zubair. Konon, ketika salat, beliau sujud lama sekali. Sehingga burung pipit bermain-main di punggung beliau. Burung itu menyangka beliau runtuhan bangunan.
Juga, Imam Ali bin Husain Zainal Abidin. Setiap berwudu, beliau pucat pasi. Ketika berdiri untuk melaksanakan salat, beliau gemetar. Suatu saat, ada orang bertanya mengenai hal itu. Putra cucu Rasulullah itu menjawab, “apakah kau tahu, di hadapan siapakah aku berdiri?” Pada waktu yang lain, Imam Ali sedang salat. Tiba-tiba rumahnya terbakar. Orang-orang menjerit, tapi beliau tetap dalam sujudnya. Ketika selesai salat, orang-orang mewancarai beliau. Beliau berkomentar, “aku terlenakan oleh api neraka.”
Jadi, pada bulan ini mari kita katakan “Happy Birthday” untuk salat kita. Kita katakan selamat ulang tahun. Kita kasih kado dengan memperbaiki salat kita. Jika kemarin salat kita bolong-bolong, maka mulai hari ini kita berusaha tidak bolong. Jika kemarin belum menyempurnakan rukun dan sunah-sunah salat, mulai hari ini kita mulai menyempurnakannya. Jika kemarin belum khusyuk, mulai hari ini kita belajar khusyuk. Itu kado untuk salat kita. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Tentu, hadiah yang harus kita berikan adalah sesuatu yang berharga. Sesuatu yang pantas kita banggakan kelak di hadapan Allah swt.. Kita tidak perlu pelit menghadiahkan ‘sesuatu’ untuk salat. Sebab, hadiah itu kembali kepada kita sendiri. Memberi hadiah untuk salat, berarti memberi hadiah untuk kita sendiri.
Hadiah yang paling utama adalah memperbaiki salat. Untuk itu, setidaknya ada dua poin yang harus kita penuhi. Pertama, menyempurnakan rukun-rukun dan sunah-sunah salat. Langkah awal untuk memperbaiki salat adalah dengan cara melakukan sunah-sunah salat dan menyempurnakan rukun-rukunnya. Hal itu sebagai bentuk penghormatan kita kepada salat. Sebab, orang yang meremehkan salat Allah juga akan meremehkannya.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa salat yang sempurna akan bersinar dan memintakan syafaat untuk pemiliknya. Sebaliknya, salat yang tidak sempurna akan menghitam dan murka pada pelakunya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang wudu dan menyempurnakannya, kemudian salat, lalu menyempurnakan rukuknya, sujudnya, dan bacaannya, maka salat akan berdo’a, “semoga Allah menjagamu sebagaimana engkau menjagaku.” Kemudian ia naik ke langit dan dia memiliki cahaya. Lalu, dibukalah pintu-pintu langit sehingga sampai kepada Allah swt.. Lalu, salat itu memintakan syafaat untuk pemiliknya. Namun apabila tidak menyempurnakan rukuk, sujud, dan bacaannya, maka salat akan berkata, “semoga Allah memnyia-nyiakanmu sebagaimana engkau menyia-nyiakanku. Kemudian salat itu naik ke langit dan ia buram. Langitpun ditutup darinya. Kemudian salat itu dilipat sebagaimana pakaian dilipat dan dilempar ke wajah pemiliknya.” (HR. Imam Baihaqi)
Tidak hanya itu, orang yang tidak menyempurnakan pekerjaan salat dijuluki koruptor oleh Rasulullah saw.. Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabat, “curian apa yang kalian anggap lebih jelek?” Sahabat menjawab, “seseorang yang mencuri milik saudaranya.” Lalu, Rasulullah menimpali, “sesungguhnya, paling jeleknya curian adalah orang yang korupsi terhadap salatnya.” Sahabatpun tidak mengerti maksud Rasulullah. Mereka betanya lagi, “bagaimana bisa salah satu kita korupsi terhadap salat?” Rasulullah menjawab, “seseorang yang tidak menyempurnakan rukunya, sujudnya, dan kekhusyukannya.” (HR. Imam Baihaqi)
Kedua, berusaha khusyuk. Memang tidak semua orang bisa khusyuk, tapi kalau tidak dicoba kapan bisa. Bukankah semua keahlian kita didapat dengan mencoba dan berlatih? Seperti berjalan. Sekarang kita berjalan, karena dulu kita berlatih berjalan. Sekarang kita bisa menulis karena dulu kita belajar menulis. Oleh karena itu, pada ulang tahun salat kali ini, kita berlatih khusyuk. Sedikit demi sedikit. Insyaallah, kedepannya kita bisa khusyuk.
Kenapa kita harus berlatih khusyuk? Khusyuk dalam salat adalah ruh. Jika kita salat tanpa kekhusyukan, salat kita tidak memiliki ruh. Andai salat kita umpakan hewan, maka niat dan kekhusyukan adalah ruhnya. Pekerjaan salat adalah badannya. Rukuk dan sujud adalah kepalanya. Anggota yang mempercantik adalah sunah-sunahnya. Salat tanpa kekhusykan seperti hewan yang mati.
Memang, menurut ulama fikih khusyuk bukan rukun atau syarat sahnya salat. Artinya, salat tetap sah walaupun tidak khusyuk. Akan tetapi, salat tanpa kekhusyukan hanya menjadi penggurgur kewajiban bukan investasi masa depan. Padahal, salat-salat kita kelak akan sangat kita butuhkan. Sebab, salat adalah perbuatan pertama kali yang akan dihisab. Jika salat kita baik, baik pulalah amal yang lain. Jika salat kita jelek, jelek pulalah amal yang lain.
Selain itu, di antara ciri-ciri orang yang sukses dan beruntung adalah orang yang salat dengan penuh kekhusyukan. Sebagaiaman firman Allah dalam al-Quran, “(1)Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (2) (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,…..” (QS. Al-Mu’minun [23]: 1-2)
Kalau kita menilik biografi para ulama, betapa dahsyatnya kekhusyukan mereka ketika salat. Sebut saja Abullah bin Zubair. Konon, ketika salat, beliau sujud lama sekali. Sehingga burung pipit bermain-main di punggung beliau. Burung itu menyangka beliau runtuhan bangunan.
Juga, Imam Ali bin Husain Zainal Abidin. Setiap berwudu, beliau pucat pasi. Ketika berdiri untuk melaksanakan salat, beliau gemetar. Suatu saat, ada orang bertanya mengenai hal itu. Putra cucu Rasulullah itu menjawab, “apakah kau tahu, di hadapan siapakah aku berdiri?” Pada waktu yang lain, Imam Ali sedang salat. Tiba-tiba rumahnya terbakar. Orang-orang menjerit, tapi beliau tetap dalam sujudnya. Ketika selesai salat, orang-orang mewancarai beliau. Beliau berkomentar, “aku terlenakan oleh api neraka.”
Jadi, pada bulan ini mari kita katakan “Happy Birthday” untuk salat kita. Kita katakan selamat ulang tahun. Kita kasih kado dengan memperbaiki salat kita. Jika kemarin salat kita bolong-bolong, maka mulai hari ini kita berusaha tidak bolong. Jika kemarin belum menyempurnakan rukun dan sunah-sunah salat, mulai hari ini kita mulai menyempurnakannya. Jika kemarin belum khusyuk, mulai hari ini kita belajar khusyuk. Itu kado untuk salat kita. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!