Sehari Hanya Mendapat 20.000

Aku berjalan-jalan di Jl. Pandegiling. Santai-santai saja. Gas Motorku kutarik tidak terlalu kencang. Kendaraan sering meyalipku dari belakang. Aku terus berjalan. Melihat kiri-kanan. Tampaklah gerobak berisi Bensin eceran. Di sampingnya terdapat alat pompa ban. Seorang laki-laki yang sudah tua tampak berdiri. Mungkin menunggu pembeli.

Aku menghampirinya. Memarkirkan motor di samping gerobaknya. Lalu, aku menyapanya dengan sopan. Dengan nada-nada keakraban. Aku juga minta izin untuk berteduh di tempatnya. Matahari sedang panas-panasnya. Laki-laki yang berumur 70-an itu mengizini. Dengan senyum menyejukkan hati.


Kami mengobrol sana-sini. Ternyata, Bensin yang dijualnya bukan milik Pak Tua itu. Dia hanya dititipi agar dijualkan. Usaha Pak Tua itu hanya alat pompa ini. Alat pompa itupun bukan miliknya. Dia menyewa pada orang lain. Sehari sepuluh ribu. Satu bulan 300.000. Padahal, hasil dari memompa ban kurang angina itu tidak seberapa. Sehari kadang, 30.000. Kadang 40.000. Tidak tentu. Itu masih dipotong uang sewa. Kalau sehari mendapat uang 30.000, dia hanya berhasil membawa pulang uang 20.000. Kasihan ya?

“Pak, hasil Bensinnya ini gak dikasih Pak sama orang yang punya?” Tanyaku.

“Nggak. Bensin ini punya orang yang menyewakan alat pompa ini.” Ujarnya.

Obrolanku berhenti. Aku pamit pulang karena pemilik Bensin datang. Tidak enak kalau perbincangan dilanjutka. Semuga saja, suatu saat aku bisa menghampiri Pak tua yang beranama Taha itu. Amin.

Di akhir perbincangan, aku mengucapkan terimakasih. Dan, tak lupa mendo’akannya. Hanya itu yang aku bisa. Berdoa untuk sesama.


Aksi kedua, Ahad, 06, 03, 2015 M

1 Comments

Tinggalkan komentar anda....!

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post