وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ…………….} [البقرة: 120
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqrah [02]: 120)
Akhir-akhir ini media heboh dengan berita Kalijodo. Maklumlah, penutupan lokalisasi memang sesuatu yang jarang dilakukan pemerintah. Apalagi menurut berita yang beredar, Kalijodo adalah prustitusi tertua di Indonesia dan dilindungi oleh ribuan preman. Tidak ada yang berani mengusik Kalijodo. Kita turut bersyukur, pemerintah DKI Jakarta menutup rumah maksiat itu.
Permasalahan Kalijodo ini tambah menarik ketika diopinikan seakan Ahok pahlawan Islam. Ahok anti maksiat. Ahok mematuhi syari’at. Padahal, Dia melakukan semua itu bukan karena benci pada prustitusi. Bukan. Tapi karena Kalijodo adalah kawasan ruang terbuka hijau (RTH). Andai saja Kalijodo bukan kawasan RTH, Ahok tidak akan menggusurnya, tapi akan memberi sertifikat pada pelakunya. Berita seperti ini begitu gampang kita dapatkan dari media-media terpercaya. Cari saja di Google.
Melihat kasusu di atas, penulis tertarik untuk mengulasnya dari sisi Al-Quran. Menurut Al-Qur’an benarkah seorang kresten akan berjuang membela agama Islam? Benarkah Ahok menutup Kalijodo karena simpati pada Islam dan muslim?
Sebab Turunnya Ayat
Diriwayatkan bahwa orang Yahudi dan Nasrani meminta genjatan senjata pada Rasulullah saw.. Jika hal itu dilakukan, mereka berjanji akan mengikuti ajakan Rasulullah saw.. Mereka melakukan ini bukan dari hati, tapi sebagai tipu muslihat kepda baginda nabi. Kemudian, Allah swt. memberi tahu keapda Nabi Muhammad isi hati mereka. Dan turunlah ayat di atas[1].
Menurut Ibnu Abbas, ayat ini turun berkenaan denga masalah kiblat. Menurut sepupu Rasulullah saw. ini, orang Yahudi Madinah dan Nasara Najran mengharapkan Nabi Muhammad salat menghadapa kiblat mereka. Ketika Allah memerintah Nabi Muhmmad untuk menghadapa Kakbah, hati mereka merasa berat dan tidak terima. Merekapun putus asa. Nabi Muhammad tidak akan menyamai agama mereka[2].
Pengertian Ayat
Menurut Imam Thobari pengertian ayat di atas begini, wahai Muhammad, orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepadamu selamanya. Maka tidak usah berusaha mencari rida mereka dan tidak usah berusaha mencocoki mereka. Carilah rida Allah dalam mengajak mereka pada kebenaran. Sebab, ajaran Yahudi bukan ajaran Nasrani. Ajaran Nasrani bukan ajaran Yahudi. Ajaran Yahudi dan Nasrani tidak mungkin bisa dipeluk oleh satu orang dalam satu waktu. Padahal, mereka tidak akan rida kepadamu kecuali kamu ikut agama mereka[3].
Selain itu, ayat di atas memberitahukan kepada kita ketidak-mungkinan Yahudi dan Nasrani mengikuti syariat Islam. Sebab, mereka tidak rida kecuali jika Rasulullah saw.. mengikuti agama mereka. Padahal, Rasulullah saw. tidak mungkin mengikuti mereka. Dengan demikian, kerelaan mereka terhadap Rasulullah saw. juga tidak mungkin[4].
Imam Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf Al-Andalusi mengatakan, ayat di atas juga sebagai peringatan dari Allah swt. bahwa orang Yahudi dan Nasrani akan menipu kita dengan menampakkan simpati, meminta genjatan senjata, dan berjanji mengikuti kita. Dan, hati mereka tidak mungkin melakukan hal itu. Sebab, mereka tidak akan pernah senang pada orang Islam kecuali jika umat Islam mengikuti agama mereka[5].
Begitulah pengertian ayat di atas menurut mufassirin. Orang Yahudi dan Nasrani tidak mungkin senang pada kita. Tidak mungkin meridai umat Islam. Jika mereka tampak baik pada kita, tampak berpihak dan simpati pada kita, kita tidak boleh percaya. Sebab, Al-Quran sudah mengatakan bahwa hati mereka pasti beda. Apa yang mereka tampakkan hanya untuk mengelabui umat Islam. Hanya untuk menipu umat Islam. Tidak percayakah kita pada Al-Quran?
Meng-Kontekstualkan Ayat
Sekarang sedang hangat-hangatnya ksusus Kalijodo. Ada opini betapa hebatnya Ahok. Betapa pahlawannya Ahok pada Islam. Dari dulu, mana ada ormas Islam yang berani mendekati Kalijodo. Tidak ada. Mereka semua takut. Tapi, Ahok berani, meski dengan tekanan yang begitu dahsyat.
Menanggapi opini itu, kita tidak perlu “menuhankan” Ahok. Sudah semestinya pemerintah melakukan demikan. Sudah semestinya pemerintah menjaga rakyat dari kenisataan dan kehinaan. Bahkan, kewajiban pemerintah bukan hanya menutup prustitusi di Kalijodo, tapi di seluruh belahan Indonesia.
Ironisnya, kenapa kasus di atas diopinikan seakan Ahok simpati pada Islam dan Muslim? Jangan-jangan ada sesuatu. Jajangan ada udang di balik batu. Jangan-jangan untuk pencitraan. Jangan-jangan ada kaitannya dengan Pilgub DKI Jakarta 2017 nanti. Tidak su’udz dzan. Hanya ingin mengaplikasikan salah satu ayat al-Qu’ran, bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah berpihak pada umat Islam. Selamanya.
[1] Al-Andalusi, Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf, Al-Bahr Al-Muhith, Juz: 1, Hal, 538, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Birut, Lebanon.
[2] As-Suyuthi, Abdurrahman bin Al-Kamal Jalal Ad-Din, Ad-Dur Al-Mantsur, Juz: 1, Hal: 272, Dar Al-Fikr, Bierut.
[3] At-Thobari, Muhammad bin Jarir, Jami’ Al-Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, Juz: 2, Hal: 562, Mu’assasah Ar-Risalah.
[4] Thontowi, Muhammad Sayyid, Al-Wasiht Li Al-Qur’an Al-Karim, Juz: 1, Hal: 262, Dar An-Nasyr, Kairo.
[5] Al-Andalusi, Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf, Al-Bahr Al-Muhith, Juz: 1, Hal, 538, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Birut, Lebanon.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqrah [02]: 120)
Akhir-akhir ini media heboh dengan berita Kalijodo. Maklumlah, penutupan lokalisasi memang sesuatu yang jarang dilakukan pemerintah. Apalagi menurut berita yang beredar, Kalijodo adalah prustitusi tertua di Indonesia dan dilindungi oleh ribuan preman. Tidak ada yang berani mengusik Kalijodo. Kita turut bersyukur, pemerintah DKI Jakarta menutup rumah maksiat itu.
Permasalahan Kalijodo ini tambah menarik ketika diopinikan seakan Ahok pahlawan Islam. Ahok anti maksiat. Ahok mematuhi syari’at. Padahal, Dia melakukan semua itu bukan karena benci pada prustitusi. Bukan. Tapi karena Kalijodo adalah kawasan ruang terbuka hijau (RTH). Andai saja Kalijodo bukan kawasan RTH, Ahok tidak akan menggusurnya, tapi akan memberi sertifikat pada pelakunya. Berita seperti ini begitu gampang kita dapatkan dari media-media terpercaya. Cari saja di Google.
Melihat kasusu di atas, penulis tertarik untuk mengulasnya dari sisi Al-Quran. Menurut Al-Qur’an benarkah seorang kresten akan berjuang membela agama Islam? Benarkah Ahok menutup Kalijodo karena simpati pada Islam dan muslim?
Sebab Turunnya Ayat
Diriwayatkan bahwa orang Yahudi dan Nasrani meminta genjatan senjata pada Rasulullah saw.. Jika hal itu dilakukan, mereka berjanji akan mengikuti ajakan Rasulullah saw.. Mereka melakukan ini bukan dari hati, tapi sebagai tipu muslihat kepda baginda nabi. Kemudian, Allah swt. memberi tahu keapda Nabi Muhammad isi hati mereka. Dan turunlah ayat di atas[1].
Menurut Ibnu Abbas, ayat ini turun berkenaan denga masalah kiblat. Menurut sepupu Rasulullah saw. ini, orang Yahudi Madinah dan Nasara Najran mengharapkan Nabi Muhammad salat menghadapa kiblat mereka. Ketika Allah memerintah Nabi Muhmmad untuk menghadapa Kakbah, hati mereka merasa berat dan tidak terima. Merekapun putus asa. Nabi Muhammad tidak akan menyamai agama mereka[2].
Pengertian Ayat
Menurut Imam Thobari pengertian ayat di atas begini, wahai Muhammad, orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepadamu selamanya. Maka tidak usah berusaha mencari rida mereka dan tidak usah berusaha mencocoki mereka. Carilah rida Allah dalam mengajak mereka pada kebenaran. Sebab, ajaran Yahudi bukan ajaran Nasrani. Ajaran Nasrani bukan ajaran Yahudi. Ajaran Yahudi dan Nasrani tidak mungkin bisa dipeluk oleh satu orang dalam satu waktu. Padahal, mereka tidak akan rida kepadamu kecuali kamu ikut agama mereka[3].
Selain itu, ayat di atas memberitahukan kepada kita ketidak-mungkinan Yahudi dan Nasrani mengikuti syariat Islam. Sebab, mereka tidak rida kecuali jika Rasulullah saw.. mengikuti agama mereka. Padahal, Rasulullah saw. tidak mungkin mengikuti mereka. Dengan demikian, kerelaan mereka terhadap Rasulullah saw. juga tidak mungkin[4].
Imam Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf Al-Andalusi mengatakan, ayat di atas juga sebagai peringatan dari Allah swt. bahwa orang Yahudi dan Nasrani akan menipu kita dengan menampakkan simpati, meminta genjatan senjata, dan berjanji mengikuti kita. Dan, hati mereka tidak mungkin melakukan hal itu. Sebab, mereka tidak akan pernah senang pada orang Islam kecuali jika umat Islam mengikuti agama mereka[5].
Begitulah pengertian ayat di atas menurut mufassirin. Orang Yahudi dan Nasrani tidak mungkin senang pada kita. Tidak mungkin meridai umat Islam. Jika mereka tampak baik pada kita, tampak berpihak dan simpati pada kita, kita tidak boleh percaya. Sebab, Al-Quran sudah mengatakan bahwa hati mereka pasti beda. Apa yang mereka tampakkan hanya untuk mengelabui umat Islam. Hanya untuk menipu umat Islam. Tidak percayakah kita pada Al-Quran?
Meng-Kontekstualkan Ayat
Sekarang sedang hangat-hangatnya ksusus Kalijodo. Ada opini betapa hebatnya Ahok. Betapa pahlawannya Ahok pada Islam. Dari dulu, mana ada ormas Islam yang berani mendekati Kalijodo. Tidak ada. Mereka semua takut. Tapi, Ahok berani, meski dengan tekanan yang begitu dahsyat.
Menanggapi opini itu, kita tidak perlu “menuhankan” Ahok. Sudah semestinya pemerintah melakukan demikan. Sudah semestinya pemerintah menjaga rakyat dari kenisataan dan kehinaan. Bahkan, kewajiban pemerintah bukan hanya menutup prustitusi di Kalijodo, tapi di seluruh belahan Indonesia.
Ironisnya, kenapa kasus di atas diopinikan seakan Ahok simpati pada Islam dan Muslim? Jangan-jangan ada sesuatu. Jajangan ada udang di balik batu. Jangan-jangan untuk pencitraan. Jangan-jangan ada kaitannya dengan Pilgub DKI Jakarta 2017 nanti. Tidak su’udz dzan. Hanya ingin mengaplikasikan salah satu ayat al-Qu’ran, bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah berpihak pada umat Islam. Selamanya.
[1] Al-Andalusi, Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf, Al-Bahr Al-Muhith, Juz: 1, Hal, 538, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Birut, Lebanon.
[2] As-Suyuthi, Abdurrahman bin Al-Kamal Jalal Ad-Din, Ad-Dur Al-Mantsur, Juz: 1, Hal: 272, Dar Al-Fikr, Bierut.
[3] At-Thobari, Muhammad bin Jarir, Jami’ Al-Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, Juz: 2, Hal: 562, Mu’assasah Ar-Risalah.
[4] Thontowi, Muhammad Sayyid, Al-Wasiht Li Al-Qur’an Al-Karim, Juz: 1, Hal: 262, Dar An-Nasyr, Kairo.
[5] Al-Andalusi, Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf, Al-Bahr Al-Muhith, Juz: 1, Hal, 538, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Birut, Lebanon.
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!