Cintai Ibu dengan Kejujuran

Kisah Inspiratif Tampaklah seorang ibu menjahitkan uang emas di baju bagian dalam anaknya yang akan berangkat  mondok. Ibu yang sudah menjanda ini meletakkan uang itu tepat di bawah ketiaknya. Beliau ingin membekalil anaknya dengan uang yang berjumlah delapan puluh keping itu. Uang yang relative banyak kala itu. Uang itu warisan dari sang ayah untuk  digunakan ketika kebutuhan mendesak.

“Nak, dalam keadaan bagaimanapun, jangan sampai kau berbohong!” pesan sang  ibu sebelum keberangkatan anaknya.
“ Ya Bu,” dengan hati tunduk jawab si anak. Ia berjanji dia akan mematuhi pesan ibunya. Dai juga berjanji akan jujur setiap detak nadi dan hembusan nafasnya.
Kemudian berangkatlah anak yang menginjak umur 18 tahun itu menuju kota Baghdad, kota pusat ilmu. Ketika kendaraan yang ia tumpangi sampai di Hamadan, tiba-tiba sekawan perampok mengahadangnya. Para perampok itu meggeledah semua penumpang. Tapi mereka sama sekali tidak melirik pemuda itu. Mereka menganggap pemuda itu tidak memiliki apa-apa. Sebab, anak itu tampak sederhana dan misikin.

Waktu penggeledahan, tiba-tiba salah seorang perampok usil. Dia bertanya kepada anak itu. ”Apakah kau punya uang?” mendengar pertanyaan itu, si pemuda langsung teringat sang ibu. Masih terngiang suara bunda yang berpesan agar tidak berbohong dalam keadaan bagaimanapun. Lau si pemuda menjawab. “Ya, aku punya uang delapan puluh keping emas yang dijahitkan didalam baju oleh ibuku.” Perampok itu tercengang. Lau dia memanggil salah satu temannya. Kemudian temannya juga bertanya kepada pemuda lugu itu. Dan si pemuda menjawab dengan jawaban yang sama.

Mereka terheran-heran. Masih ada manusia jujur di muka bumi ini. Kemudian mereka membawa si pemuda kepada pimpinan perampok. Kemudian pemimpin para penjahat itu bertanya kepada pemuda itu apakah benara dia memiliki uang. Anak itupun menjawab seperti jawaban sebelumnya. Untuk membuktikan ucapan si pemuda , pimpinan perampok membuka jahitan bajunya. Pemimpin perampok terhenyak. Dia tertegun. ”Wahai anak muda, mangapa kau begitu jujur. Bukankah kejujuranmu akan membuatmu sial? “Tidak!” jawab pemuda. “Ibuku telah berpesan agar selalu jujur. Aku beprgian ini untuk menuntut ilmu. Jika aku berbohong, maka langkahku tak memiliki arti apa-apa. Karena itulah aku haraus tetap jujur!”

Mendengar jawaban ini menangislah pemimpin perampok. Air matanya berderai membasahi pipinya. Dia jatuh terduduk di kaki pemuda itu. Dia menyesali semua kesalahan dan dosa-dosa yang pernah dia lakukan. Dia bertaubat. Kelak dia akan menjadi murid pemuda yang mematuhi pesan ibunya itu.

Pemuda yang memiliki sifat jujur itu adalah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, sulthanul auliya’. Nama lengkap beliau adalah Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Musa bin Abdullah bin Yahya al-Zahid bin Muhammad bin Daud bin Musa bin Abdullah al-Juni bin Abdullah Al-Muhdldar bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Husain bin Ali bin Abi thalib. Nasabnya bersambung sampai pada Rasulullah.


Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post