Kisah Inspiratif Suasana terasa sepi. Semilir angin terasa
hambar. Hanya air mata yang masih mampu mengucapkan kata. Entah, semua yang ada
di kota ini mengingatkannya kepada kekasih tercinta. Dia menangis dan menangis.
Meski dia tahu bahwa semua yang terjadi adalah takdir, tapi cinta tetaplah
cinta. Cinta tetap bersedih saat ditinggal sang kekasih.
Cinta akan terus menangis untuk mengungkapkan rasa yang entah bagaimana untuk
mengatkannya. Saat mata itu melihat masjid, air matanya menetes tanpa henti,
karna di sanalah sang kekasih pernah hadir dalam cerita usangnya. Saat mata itu
memandang luasnya padang sahara, hujan lebat membasahi pipinya, karna di
sanalah sang kekasih pernah berkelana mengibarkan panji-panji suci. Saat mata
itu memandang para sahabatnya, mata itu basah bak dedaunan diterpa hujan
panjang, karna bersama merekalah dia mengahabiskan waktu untuk belajar ayat-ayat
suci kepada kekasihnya. Dia hanya bisa menangis. Menangis dan menagis. Semua
yang dia lihat mengingatkannya kepada orang yang ia cintai, Rasulullah saw..
Semua yang ia pandang di Madinah terlintas wajah syahdu Rasulullah. Ya
Rasulullah……….
Dialah Bilal bin Rabah. Seorang sahabat yang sangat
mencintai Rasulullah saw. Setlah Baginda Nabi Muhammad saw. wafat, ia tiadak
mau adzan karna adzan mengingatakannya kepada Rasulullah saw. Ia tidak mau
tingaal di madinah, karana setiap butir debu Madinah mengingatkannya kepada
Rasulullah saw. Ia ingin pergi berjihad, tapi Khallifah Abu Bakar mencegahnya.
Sang Khalifah menginginkan agar Bilal menjadi muadzin,
namun bilal menulak. “ Wahai Khalifah, jika kau memerdekakanku karna Allah,
biarkan aku pergi berjihad. Jika kau memerdekakanku karna dirimu aku tidak akan
pergi. Aku akan tinggal di madinah ini.” Kata Bilal.
Akhirnya bilal pergi. Pergi sejauh-jauhnya. Ia
tinggalkan semua kenangan bersama Rasululluah. Bilal ingin berjihad bersama
pejuang-pejuang isalam. Bilal menetap di Kota Syam. Ia tinggal bersama istri
tercinta di sana. Ia curahkan setiap hembusan nafasnya demi kejayaan islam. Ia
ingin meneruskan perjaungan kekasihnya, Nabi Mhammad saw.
Suatu ketika datanglah Sayyidina Umar bin Khattab.
Orang-orang islam sangat merindukan lantunan azan Sahabat Bilal. Akhirnya
mereka memohon kepada Sayyidina Umar agar meminta Bilal untuk azan. Sayyidina
Umarpun meminta kepada Bilal agar azan. Berat sekali bagi Bilal untuk
mengiyakan permintaan maha berat itu. Ia tidak mampu menahan rindu kepada
Rasulullah. Namun apa boleh buat. Ia harus melantunkan azan untuk para saudara
seimannya.
Bilal bersiap azan. Ia kumpulkan semua kekuatan. Ia
kekang hatinya. Tapi, air mata tetap menetes. Bayang masa lalu mulai hadir di
depan mata. Bilal menangis. Ia teringat ketika azan pada waktu Rasulullah saw.
masih hidup. Ia tidak mampu menahan rasa rindu yang begitu menggebu. Azan mulai
mendayu. Hati terperanjat teringat Rasulullah saw. Isak tangispun mulai
terdengar. Suara rindu bergemuruh di jalan, pasar dan tempat-tempat
peristirahatan. Semua orang menangis histeri saat mendengar azan Bilal.
“Apakah Rasulullah hidup kembali?” mereka menjerit. Mereka lari ke jalan. Tidak
sadar apa yang terjadi pada mereka. Mereka hanya teringat Rasulullah. Cinta
yang terpatri dalam hati mereka kini tidak mampu lagi untuk ditahan.
Rasululluah, Rasulullah dan Rasulullah. Mereka hanya bisa menangis. Sang
kekasih telah pergi. Rasulullah telah kembali kepada sang pencipta. Cinta
mereka hanya kata tanpa suara. Cinta yang talah lama tak bersayap. Cinta yang
tak lagi bernafas. Hanya tangis dan salawat yang mereka lukis saat teringat
Rasulullah. Ya, Hanya tangis yang bisa mereka lakukan saat cinta itu mereonta
untuk bertemu sang kekasih.
اللهم
صل على محمد # اللهم صل عليه وسلم
Referensi: Sunan
al-Kubra lil-Baihaqi
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!