
Murid
itupun pulang dengan hati penasaran. Beberapa langkah meninggalkan pintu
gerbang sekolah, tiba-tiba preman menabraknya keras sekali. Ia terjatuh. Belum
juga bangun, preman itu memarahinya habis-habisan, “Kalau jalan, liat-liat
dong.” Lalu preman berlalu. Tentuh, hati si murid itu sakitnya bukan main. Amarahnya
memuncak. Tetapi, preman itu telah berlalu jauh. Yang tersisa hanya hatinya yang sedang terluka. Kemudian, dia teringat
pesan gurunya. Dia pun memungut batu sebesar genggaman dan dibawa dalam lipatan
bajunya. Setiap ada orang yang menyakiti, si murid tidak lupa untuk mengambil
batu dan membawanya.
Esok harinya, si murid mendatangi gurunya lagi. Melihat si murid, sang guru
tersenyum. “Gimana, sudah kamu lakukan permintaanku?” Tanya pak guru bijak itu.
“Sudah pak” “Berat kan kalau harus mengambil batu terus apa lagi harus membawanya”
“Betul pak” “Begitu juga kalau kita disakiti dan dimasukkan ke hati, pasti kita
merasa sakit. Maka, biarlah, gak usah dihiraukan. Kita gak perlu ngambil batu setiap
waktu.”
(catatan pak guru)
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda....!