id.bookmyshow.com |
Film ini kaya makna. Film ini
juga mencoba melawan tuduhan-tuduhan negative tentang Islam. Film ini mencoba
menghadirkan Islam yang rahmat untuk segenap alam. Islam yang tidak beringas
juga tidak liberal. Islam yang tidak mudah mengkafirkan dan tidak mudah
me-radikalkan.
Film ini dibuka dengan masalah
tentang “Tulisan” dari seorang wartawan. Wartawan terbaik lulusan Harvard. Dia
muslim, tapi tulisan-tulisannya menyudutkan Islam. Menuduh Islam radikal,
menuduh Islam brutal, dan seterusnya. Dia menuduh aksi 411 dan aksi yang akan
dilaksanakan selanjutnya yakni 212 sebagai aksi teroris.
Saya kira pembukaan film
tersebut sangat menarik. Selain membikin penonton geregetan pada wartawan
tersebut, juga mengungkap realita. Bahwa media-media mainstream di tanah air
ini memang tak pernah bosan mengangkat tulisan negative tentang Islam.
Konflik semakin memanas. Karena sang
wartawan mendapat banyak ancaman dari orang-orang Islam. Bahkan, dia pernah
dipukuli oleh orang tak dikenal. Ditambah, dia anak seorang kiai besar di
Ciamis. Anak seorang kiai yang dihormati. Anak seorang kiai yang titahnya
dituruti.
Tentu, konflik juga terjadi
antara dia dan ayahnya. Dia yang menuduh aksi 212 sebagai makar, sang ayah
malah ikut mengobarkannya. Sang ayah adalah ulama yang mengkordinir masyarakat
Ciamis untuk long march. Si wartawan membujuk sang ayah agar tak ikut,
sang ayah tak bergeming. Karena bagi sang ayah, Alquran adalah segalanya. Nyawa
pun rela dikorbankannya.
Bagaimana cerita
selanjutnya ? Rahasia dong. Nanti kalau saya tulis di sini, bisa-bisa kau tak
nonton.
Yang jelas, film
ini membahas tentang agama cinta. Agama yang memerintah pengikutnya untuk
mencintai sesama. Buktinya, saat aksi 212 berlangsung, ada sepasang Non-Muslim
melangsungkan pernikahan. Alhamdulillah mereka tak terganggu. Bahkan mereka
berdua dibantu oleh peserta aksi.
Jadi teringat
Habib Rizieq Syihab. Tidak bisa dipungkiri, Habib Rizieq adalah motor utama
dalam aksi cinta tersebut.
Tapi kata beliau,
semua itu karena Allah yang menggerakkan. Tidak akan ada seroang habib pun,
tidak akan ada seorang kiai pun, yang bisa mengumpulkan orang sebanyak itu.
Allahlah yang menggerakkan mereka untuk berkumpul dan bersatu guna menuntut
keadilan.
Setidaknya dari
aksi di atas, kita tahu andaikan Habib Rizieq tidak cinta NKRI, mungkin beliau
sudah memprovokasi umat untuk makar. Baik di aksi 411 atau 212. Tapi nyatanya
tidak.
Malah ketika beliau
diserang pada aksi 411 dengan tembakan gas air mata, beliau hanya berdoa. Sangat
bisa kan beliau berteriak “Serang !”. Tapi ternyata tidak.
Ah, kok malah ke
mana-mana. Sudahlah. Pokoknya film itu mantap menurut saya. Isinya keren. Pesan
yang ingin disampaikan bagus. Yaitu, berislamlah dengan benar. Berislamlah
dengan penuh cinta. Berislamlah dengan sikan rahmatan lil alamin. Berislamlah dengan
tidak liberal dan tidak radikal.
Kekurangannya,
para pemiannya masih kaku. Apa mungkin memang dibuat kaku seperti itu atau para
artisnya yang kurang. Saya tidak tahu. Menurut saya, kekurangannya film ini acting
pemainnya masih kaku.
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!