Siapa yang tidak tahu Buya HAMKA ? Ulama
kharismatik yang diterima banyak kalangan. Karya beliau melimpah. Buku-buku
beliau menginspirasi. Ada pula yang sampai mengiris hati.
Saya heran. Kok bisa Buya HAMKA menulis buku
sebanyak itu. Kapan nulisnya ? Bukankah beliau orang yang aktif di berbagai
organisasi? Bukankah beliau juga sibuk dengan berbagai kegiatan? Tapi kok
masih bisa memiliki karya yang begitu banyak.
Siapa sangka, ulama besar itu ternyata pernah
ingin bunuh diri. Pernah ingin melakukan nista yang dilaknat oleh pencipta. Ya,
bahkan kabarnya Nabi Muhammad tidak mau menyolati orang yang bunuh diri.
Cerita ini beliau ceritakan sendiri dalam
bukunya, “Tasawuf Modern”. Alhamdulillah, saya sudah punya bukunya. Dan
sudah saya baca pengantar-pengantarnya. Sungguh, pengantarnya saja sudah
menginspirasi saya. Apa lagi isinya. Semoga saya bisa menghatamkannya lebih
cepat.
Berawal dari penangkapan beliau. Lalu
tuduhan-tuduhan keji yang dialamatkan kepada beliau. Beliau tidak tahan. Beliau
teringat bahwa di sakunya ada sebuah pisau. Terbesit dalam hati untuk mengerat
nadi. Berkecamuklah setan dan iman. Mereka berdua saling serang.
Di akhir peperangan, Buya HAMKA teringat buku
“Tasawuf Modern” ini. Bagaiamana bisa dia bunuh diri, padahal dia pengarang
Buku “Tasawuf Modern”. Buku yang membuat orang lain selamat dari kehancuran.
Buku yang membuat orang lain bangkit kembali. Iman pun menang. Buya HAMKA urung
mengahiri hidupnya.
Setelah dijenguk putra-putranya, Buya HAMKA
meminta dibawakan buku “Tasawuf Modern”. Beliau baca buku itu di penjara.
Membangkitkan lagi semangat-semangat dan kebahagiaan sejati. Karena memang
dalamt buku tersebut tertulis, “Bahagia itu Dekat dengan Kita. Ada di dalam
Diri Kita”.
Benarlah, kata sebagian teman, sering kali
tulisan kita itu mempengaruhi diri kita sendiri. Betapa diri ini tambah
semangat setelah menulis sebuah motivasi. Betapa diri ini tambah semangat
beribadah setelah menulis fadhoilul a’mal. Betapa diri ini semangat
berdoa setelah menulis betapa ajaibnya sebua doa.
Kadang pula, kita menangis tersedu-sedu saat
menulis kisah-kisah sedih. Kita bahagia ria saat menulis kisah-kisah bahagia
nan indah. Kita terbawa suasana tulisan kita.
Terakhir, kata orang bijak, “Tulislah apa yang
kamu kerjakan. Dan kerjakan apa yang kamu tulis.”
Semoga… !
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!