Silaturrahim, Arti, dan Janji Nabi

Kehidupan di dunia ini tidak pasti bersama. Pasti ada waktu di mana kita harus berpisah. Berpisah dengan orang yang kita cintai. Kita harus berpisah dengan anak, dengan orang tua, dengan saudara, sanak famili, dan teman kita. Hal ini merupakan fitrah manusia. Kita tidak bisa membendungnya. Apa lagi, dunia memang bukan tempat tinggal selamanya. Di dunia ini kita hanya singgah, kemudian pergi lagi menuju tempat abadi.
Kadang, perpisahan berlangsung lama. Bertahun-tahun. Sampai kadang ‘merenggangkan’ hubungan. Yang asalny akrab menjadi tidak akrab. Yang asalnya terasa begitu dekat menajdi terasa begitu tersekat. Mungkin karena itulah, Islam memotivasi umatnya untuk silaturrahim. Menyambung kembali hubungan. Agar hubungan tetap terjalin. Tidak putus.

Mungkin yang perlu kita tahu, arti silaturrahim itu apa? Selama ini, silaturrahim identik dengan berkunjung. Berkunjung ke rumah sanak famili. Ternyata, kalau kita mencoba membuka kitab ulama-ulama salaf, silaturrahim bukan hanya berkunjung. Berkunjung itu hanya bagian dari silaturrahim. Silaturrahim lebih luas dari sekedar berkunjung.
Menurut Imam Nawawi, arti silaturrahim adalah berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi orang yang ber-silaturrahim dan orang yang di-silaturrahimi. Bisa dengan harta, bisa dengan bantuan tenaga, bisa dengan berkunjung, bisa dengan ucapan salam, dan lain sebagainya. Adapun menurut Ibnu Abi Jamrah, silaturrahim bisa dengan harta, bantuan kebutuahan, menolak kemudarratan, wajah yang berseri-seri, dan do’a. Dari pendapat Ibnu Abi Jamrah ini, Syaikh Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfuri mengambil kesimpulan bahwa pengertia silaturrahim adalah mentransfer kebaikan dan mencegah keburukan sekuat tenaga.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersilaturrahim. Silaturrahim begitu gampang. Apalagi di zaman yang serba canggih ini. Sudah ada HP canggih. Sudah ada medsos bermacam-macam. Mulai dari WhatsApp, Line, sampai Video Call. Media-media itu bisa kita gunakan untuk ber-silaturrahim dengan keluarga. Terutama orang tua.
Sangat miris, jika kita memiliki banyak akun medsos, tapi jarang berkomunikasi dengan sanak famili. Apa lagi orang tua. Memang sebagian orang tua tidak pandai mengoptimalkan medsos, tapi jangan sampai hal itu menjadi alasan untuk tidak ber-silaturrahim dengan mereka. Kita bisa menghubungi mereka via call biasa. Anehnya, kadang kita beralasan tidak punya pulsa, tapi ketika waktu beli paket, uang ada. Padahal harga paketan itu lumayan mahal.
Dalam Islam, silaturrahim ini sangat dianjurkan. Bahkan, ada balasan-balasan khusus bagi orang yang melakukannya. Diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang senang rizeqinya gampang, umurnya panjang, maka bersilaturrahimlah.” (HR. Bukhari). Mengenai pengertian hadis ini, ulama berpendapat yang dimaksud dengan “rizeqi gampang” dan “umur panjang” adalah berkah. Rizeqinya berkah. Umurnya berkah. Sehingga kehidupannya dipenuhi dengan taufiq dari Allah swt.. Bisa juga, maksud dari “rizeqi gampang” dan “umur panjang” ini fakta. Artinya, orang yang bersilaturrahim, rizeqinya akan lancara dan umurnya panjang.
Kalau kita mengertikan hadis di atas melalui pendekatan ilmu ekonomi, maka sah-sah saja silaturrahim membuat rizeqi tambah lancar. Sebab, dalam teori ekonomi, teman, saudara, atau yang bisa disebut dengan relasi adalah investasi besar. Nah, silaturrahim membikin kita memiliki banyak teman dan relasi. Mungkin, di situlah letak silaturrahim mempermudah rizeqi.
Alakullihal, silaturrahim itu tintinya berbuat baik kepada sanak famili. Caranya beragam. Tergantung kemampuan. Bisa dengan memberi bantuan bahkan bisa hanya dengan menyunggingkan senyuman. Silaturrahim begitu dahsyat faidahnya; memperpanjang umur dan memperlancar rizeqi.


Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post