"عَجِبَ اللَّهُ مِنْ قَوْمٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فِي السَّلاَسِلِ"
“Allah kagum kepada kaum yang masuk surga dalam belenggu-belenggu.” (HR. Imam Bukhari”
Ibnu Jauzi mengatakan mengenai Hadis di atas bahwa orang-orang kafir-kafir ditawan dan dibelenggu. Kemudian, mereka tahu bahwa Islam itu benar. Akhirnya masuk Islam dengan suka rela. Maka, mereka akan masuk surga.
Dalam kitab Nuzhah al-Muttaqin dijelaskan, setidaknya ada tiga kesimpulan yang bisa diambil dari Hadis ini. Pertama, diantara kebaikan dan kemulian para sahabat nabi adalah mereka menawan musuh sesudah perang. Lalu, membawa mereka kepada Islam, sehingga mereka akan masuk surga. Kedua, Wajib bagi orang Islam untuk berdakwah. Ketiga, bagi tentara Islam wajib berdakwah kepada tawanan perang. Mungkin, mereka mau masuk Islam.
Sejenak, coba kita renungkan. Masuk surga karena dibelenggu? Masuk surga karena terpaksa? Mungkin, hal yang sama juga pernah terjadi pada kita. Tentunya, dalam konteks berbeda. Kita menyadarinya setelah merasakan faidahnya. Contoh kecilnya, mungkin dulu di masa kecil, kita tidak mau mengaji al-Qur’an. Tapi, orang tua kita memaksa. Akhirnya kita mengaji. Sekarang, ketika kita dewasa, kita merasa beruntung sekali bisa mengaji. Berkat paksaan orang tua. Contoh selanjutnya, diangan-angan sendiri ya.
Mungkin, sekarang kita sedang menjalani proses “beruntung terpaksa” ini. Misalnya, kita ingin sekolah di Negeri, tapi tidak bisa karena suatu hal. Terpaksa, kita sekolah di swasta. Ternyata, selesai sekolah, kita langsung mendapat pekerjaan karena kita skolah di “A” yang swasta. Ini keberuntungan yang terpaksa.
Oleh karena itu, jika keinginan kita tak sampai, tidak usah sedih. Jalani saja. Sedih sih boleh, tapi jangan sampai putus asa. Mungkin itu yang terbaik. Tumbuhkan keinginan baru. Satu keinginan tumbang, seribu keinginan tumbuh dan harus diperjuangkan. Harus semangat. Mungkin hal itu menjadi penyebab “kesuksesan yang terpaksa”. Bisa jadi kan?
“Allah kagum kepada kaum yang masuk surga dalam belenggu-belenggu.” (HR. Imam Bukhari”
Ibnu Jauzi mengatakan mengenai Hadis di atas bahwa orang-orang kafir-kafir ditawan dan dibelenggu. Kemudian, mereka tahu bahwa Islam itu benar. Akhirnya masuk Islam dengan suka rela. Maka, mereka akan masuk surga.
Dalam kitab Nuzhah al-Muttaqin dijelaskan, setidaknya ada tiga kesimpulan yang bisa diambil dari Hadis ini. Pertama, diantara kebaikan dan kemulian para sahabat nabi adalah mereka menawan musuh sesudah perang. Lalu, membawa mereka kepada Islam, sehingga mereka akan masuk surga. Kedua, Wajib bagi orang Islam untuk berdakwah. Ketiga, bagi tentara Islam wajib berdakwah kepada tawanan perang. Mungkin, mereka mau masuk Islam.
Sejenak, coba kita renungkan. Masuk surga karena dibelenggu? Masuk surga karena terpaksa? Mungkin, hal yang sama juga pernah terjadi pada kita. Tentunya, dalam konteks berbeda. Kita menyadarinya setelah merasakan faidahnya. Contoh kecilnya, mungkin dulu di masa kecil, kita tidak mau mengaji al-Qur’an. Tapi, orang tua kita memaksa. Akhirnya kita mengaji. Sekarang, ketika kita dewasa, kita merasa beruntung sekali bisa mengaji. Berkat paksaan orang tua. Contoh selanjutnya, diangan-angan sendiri ya.
Mungkin, sekarang kita sedang menjalani proses “beruntung terpaksa” ini. Misalnya, kita ingin sekolah di Negeri, tapi tidak bisa karena suatu hal. Terpaksa, kita sekolah di swasta. Ternyata, selesai sekolah, kita langsung mendapat pekerjaan karena kita skolah di “A” yang swasta. Ini keberuntungan yang terpaksa.
Oleh karena itu, jika keinginan kita tak sampai, tidak usah sedih. Jalani saja. Sedih sih boleh, tapi jangan sampai putus asa. Mungkin itu yang terbaik. Tumbuhkan keinginan baru. Satu keinginan tumbang, seribu keinginan tumbuh dan harus diperjuangkan. Harus semangat. Mungkin hal itu menjadi penyebab “kesuksesan yang terpaksa”. Bisa jadi kan?
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!