بسم الله الرحمن الرحيم
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3
“1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(QS. Al-Ahsr)
Wal-‘Ashr? Menurut sebagian Ulama, maksud Wal-Ahsr ini adalah Ad-Dhar, masa. Demi masa. Kenapa masa menjadi sumpah dalam al-Qur’an? Karena masa adalah tempat kita belajar, bahwa dunia ini berputar, berganti, dan tidak abadi. Kita melihat sendiri, bahkan mengalami sendiri, dunia ini terus melaju tanpa henti. Bukankah kita dulu hanya bayi? Semakin hari semakin besar sampai seperti saat ini. Mungkin nanti, besok atau besoknya lagi kita sudah mati. Kita juga sering melihat, orang yang kemaren berada di atas angin, sekrang tak ubahnya sampah. Sebaliknya, dulu orang yang susahnya bukan kepalang, sekarang menjadi kaya raya. Begitulah masa. Tak heran, ada pepatah Arab mengatakan, “waktu adalah pedang, jika kau tidak membunuhnya, dia akan membunuhmu.” Begitulah secuil gambaran masa.
Selanjutnya, Imam Sayyid Thontowi menjelaskan pengertian ayat di atas begini. Semua manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman kepada Allah swt. dengan sebenar-benarnya. Orang-orang yang mengerjakan kebajikan, seperti salat, puasa dan amal baik lainnya. Orang-orang yang saling berwasiat dan saling memberi nasihat untuk berpegang teguh pada yang hak, pada yang benar. Orang-orang yang saling menasihati agar sabar melakukan taat, mejahui maksiat, dan semua cobaan dan kepahitan hidup. Jadi, orang yang beriman, beramal saleh, saling menasehati agar berpegang teguh pada kebenaran, dan saling menasihat agar sabar, bukan orang yang rugi. Bukan. Tapi, orang yang selamat dan beruntung.
Lebih lanjut beliau mengatakan, selain mengajarkan konsep keberuntungan, ayat di atas juga mengajakan agar kita saling berbagi. Berbagi kepada sesama. Kalau kita tahu sesuatu yang baik, berit tahu juga orang lain sesuatu yang baik itu. Kalau kita tahu bahwa sahabat kita besedih, kita harus menghiburnya dan mengobarkan semangatnya. Kalau kita tahu orang dekat kita bermaksiat, kita harus berusaha untuk menyelamatkannya.
Semuga bermenfaat…!
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3
“1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(QS. Al-Ahsr)
Wal-‘Ashr? Menurut sebagian Ulama, maksud Wal-Ahsr ini adalah Ad-Dhar, masa. Demi masa. Kenapa masa menjadi sumpah dalam al-Qur’an? Karena masa adalah tempat kita belajar, bahwa dunia ini berputar, berganti, dan tidak abadi. Kita melihat sendiri, bahkan mengalami sendiri, dunia ini terus melaju tanpa henti. Bukankah kita dulu hanya bayi? Semakin hari semakin besar sampai seperti saat ini. Mungkin nanti, besok atau besoknya lagi kita sudah mati. Kita juga sering melihat, orang yang kemaren berada di atas angin, sekrang tak ubahnya sampah. Sebaliknya, dulu orang yang susahnya bukan kepalang, sekarang menjadi kaya raya. Begitulah masa. Tak heran, ada pepatah Arab mengatakan, “waktu adalah pedang, jika kau tidak membunuhnya, dia akan membunuhmu.” Begitulah secuil gambaran masa.
Selanjutnya, Imam Sayyid Thontowi menjelaskan pengertian ayat di atas begini. Semua manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman kepada Allah swt. dengan sebenar-benarnya. Orang-orang yang mengerjakan kebajikan, seperti salat, puasa dan amal baik lainnya. Orang-orang yang saling berwasiat dan saling memberi nasihat untuk berpegang teguh pada yang hak, pada yang benar. Orang-orang yang saling menasihati agar sabar melakukan taat, mejahui maksiat, dan semua cobaan dan kepahitan hidup. Jadi, orang yang beriman, beramal saleh, saling menasehati agar berpegang teguh pada kebenaran, dan saling menasihat agar sabar, bukan orang yang rugi. Bukan. Tapi, orang yang selamat dan beruntung.
Lebih lanjut beliau mengatakan, selain mengajarkan konsep keberuntungan, ayat di atas juga mengajakan agar kita saling berbagi. Berbagi kepada sesama. Kalau kita tahu sesuatu yang baik, berit tahu juga orang lain sesuatu yang baik itu. Kalau kita tahu bahwa sahabat kita besedih, kita harus menghiburnya dan mengobarkan semangatnya. Kalau kita tahu orang dekat kita bermaksiat, kita harus berusaha untuk menyelamatkannya.
Semuga bermenfaat…!
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!