Kalau Bukan di Bulan Ramadan, Kapan Lagi?

Hormati dan Jangan Nodai Ramadan|  Ramadan adalah bulan mulia. Bulan penuh berkah. Pada bulan ini amal baik dilipat-gandakan dan do’a dikabulkan. Tak heran, ketika tiba bulan Rajab, nabi berdo’a, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadan.” (HR. Imam Baihaqi). Pada waktu yang lain nabi bersabda, “Andai orang-orang tahu tentang keberuntungan dan berkah yang ada pada bulan Ramadan, mereka akan berharap seluruh tahun menjadi bulan Ramadan.”


Dengan demikian, sudah seyogyanya bagi kita untuk menghormati bulan Ramadan. Caranya? Dengan memperbanyak ibadah dan amal baik. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang berpuasa dan beribadah pada bulan Ramadan dengan iman dan ikhlas maka dosa yang sudah lewat akan diampuni.” Habib Alwi bin Syihab juga berkata bahwa orang yang menghadiri majlis kebaikan pada bulan Ramadan maka Allah swt. akan menulis ibadah satu tahun untuk setiap langkahnya.


Imam at-Tibrizi dalam kitabnya, Misykatul-Mashobih, juga menyebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Sahabat Salman al-Farisi, bahwa pada suatu bulan Sy’aban Rasulullah berpidato, “Wahai segenap manusia, sungguh kalian akan menghadapi bulan mulia, bulan berkah dan bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya fardu, ibadah malamnya sunat. Barang siapa yang mendekatkan diri pada bulan ini dengan satu kebaikan maka dia seperti melaksanakan fardu di bulan yang lain, barang siapa yang yang melaksanakan kefarduan pada bulan ini maka dia seperti melaksanakan tujuh puluh fardu di bulan yang lain. Bulan ini adalah bulan kesabara, sedangkan sabar pahalanya adalah surga, bulan saling tolong menolong dalam nafkah hidup dan bulan digampangkannya rizqi seorang mu’min.”

Selain itu, kita juga jangan sampai menodai bulan Ramadan dengan kemaksiatan. Sebab, maksiat pada bulan Ramadan dosanya lebih besar. Imam Ala’uddin Ali menyebutkan dalam kitabnya, Kanzul-A’mal, bahwa Sayyidina Umar berkata, “Jika akan menghadapi Ramadan, Nabi Muhammad saw. berpidato pada kami, kemudian bersabda, “Telah datang pada kalian bulan Ramadan. Maka, lekaslah dan perbaiki niat kalian. Hormati kemuliannya. Sebab, kehormatannya di sisi Allah termasuk palingvagungnya kehormatan. Maka, jangan nodai kehormatannya karena kebaikan dan kejelekan akan dilipat-gandakan di bulan Ramadan ini.””

Bukan hanya itu, ada cerita mengerikan tentang orang yang bermaksiat pada bulan Ramadan. Habib Zain bin Ibrahim menyebutkan sebuah hadis dalam kitabnya, Fawa’idul-Mukhtarah, bahwa nanti pada hari Kiamat akan ada anak muda menangis tersedu-sedu. Tampak di sekitarnya para malaikat memukulinya. Para malaikat itu menggiring anak muda itu menuju tempat siksaan, neraka. Lalu ada yang bertanya, “Dosa apakah yang dilakukan anak muda itu?” Serntak malaikat menjawab, “Dia adalah orang yang menututi bulan Ramadan, tapi dia menodai kehormatannya. Dia bermaksiat keapda Allah di bulan Ramadan itu.

Kalau kita tilik sejarah, para ulama memiliki perhatian lebih pada bulan Ramadan. Jika bulan Ramadan tiba, mereka berlomba-lomba menambah ibadah. Sebut saja Habib Abdullah bin Husain. Jika bulan Ramadan akan tiba, beliau mengumpulkan putra-putrinya dan memotivasi mereka untuk menambah amal baik. Beliau menanyakan satu persatu putra-putri beliau kiranya amal baik apa yang akan ditambah. Setelah putra-putri beliau selesai menyebut amal baik yang akan ditambah, beliau menangis.”Saya menangis karena saya sudah tidak bisa menambah amal baik lagi (karena sebelum Ramdan, seluruh waktunya sudah digunakan untuk beribadah)” Kata Habib Abdullah kemudian. “Wahai anakku, adakah diantara kalian yang mau menjul waktunya?” lanjut beliau.

Habib Abdurrahman juga memilki perhatian berbeda pada bulan Ramadan. Ketika bulan Ramadan tiba, beliau menghatamkan al-Qur’an setiap hari, salat tarawih dua atau tiga kali dan beliau juga salat Tasbih.

Tak kalah dengan cerita di atas adalah Imam Abu Ubaid as-Sari. Jika bulan Ramadan tiba, beliau masuk kamar dan memerintah istrinya untuk mengunci pintu dan membiarkan lubang kecil untuk melempar roti ke dalam kamar setiap malam. Ketika Ramadan telah habis, pintu pun dibuka. Ternyata sang istri menemukan 30 roti dipojok kamar.


Walhasil, mari kita hormati bulan Ramadan ini dengan ketaatana. Dan tidak menodainya dengan kemaksiatan. Kita tiru para ulama yang begitu semangat memperbanyak amal baik di bulan berkah ini. Bukankah Ramadan adalah bulan ampunan, diterimanya do’a, dilipat gandakannya amal? Kalau bukan di bulan Ramadan ini, kapan lagi? Nabi pernah bersabda, “………………………… Jauh (dari rahmat Allah) orang yang menututi Ramadan tapi tidak mendapat ampunan. Jika pada bulan Ramadan tidak mendapat ampunan, kapan?” (HR. at-Thobroni)

Referensi:
1.       At-Tabrani, Abu Qasim Sulaiman bin Ahmad, al-Mu’jam al-Ausath,
2.      Habib Zain bin Ibrahim bin Smit, al-Fawa’id al-Mukhtarah, 449, Ma’had Dar al-Lughah wa ad-Dakwah.
3.       At-Tibrizi, Syaikh Waliyuddin Abi Abdillah Muhammad bin Abdullah al-Khatib, Misykatul-Mashabih.
4.      Aala’uddin Ali bin Hisam ad-Din al-Muttaqi, al-Hindi, al-Burhan Fauri, Kanzul-Ummal.

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post