Hanya meneruskan
tulisan sahabat dekat. Tentang keengganannya berpacaran. Diantara alasannya,
karena ada larangan agama. Berarti, sahabat saya itu taat beragama. Syukurlah.
Masih ada remaja yang mempertahankan kesucian dirinya. Saya yakin, melawan arus
trend ‘pacaran’ begitu sulit. Sebab, trend ‘pacaran’ sudah membudaya di
kalangan remaja. Bahkan, yang tidak punya pacar diaanggap tak laku, kolot dan
apalah. Sungguh, pradaban barat benar-benar mengalahkan aturan agama (baca;
Islam).
Anehnya, para orang tua
juga tidak siap siaga. Mereka membiarkan anaknya berpacaran. Parahnya, mereka
merasa bangga jika ada laki-laki yang menjemput anak merke jalan-jalan. Ah,
orang tua yang tidak kasihan pada anaknya. Kok gitu? Karena dia
membiarkan anaknya tercebur ke lembah dosa. Apakah orang tua tidak takut
anaknya hamil? Atau kehilangan keperawanannya sebelum di akad nikahi. Atau
memang mereka tidak peduli anaknya begini-begitu? Ah, terlalu banyak pertanyaan
kalau diteruskan.
Semuga gaya-gaya
seperti di atas tidak menimpa kita semua. Semuga kita sadar bahwa antara laki-laki
dan perempuan ada sekat. Dan, sekat itu hanya bisa ditrobos dengan ikatan yang
telah diajarkan Rasulullah saw., yaitu menikah. Jika tidak, bersiap-siaplah
menghadapi masalah; masalah dunia maupun akhirat.
Yang patut kita
ketahui, bahwa orang suci akan menikah dengan orang suci. Artinya, orang yang
berpacaran tidak akan menikah dengan orang suci. Orang bijak berkata, “Tirakat
terampuh mendapatkan istri salehah dan anak salah adalah menjaga kesucian diri
mulai dari sekarang.” Jadi, kalau kita ingin mendapatkan istri salehah, baik
dan suci, kita harus menajaga kesucian diri kita. Benarlah tulisan sahabatku
itu, pacaran bukan jalan. Bukan jalan orang yang ingin mendapat istri salehah.
Bukan jalan orang yang ingin anak saleh.
Bukan jalan kita, pemuda-pemudi masa depan.
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!