"Ikatlah
ilmu dengan tulisan!" Adagium inilah yang mungkin memotivasi para ulama
untuk menuangkan ilmu pengatahuannya dalam bentuk tulisan. Tidak terhitung
berapa kitab yang telah lahir dari tangan terampil mereka. Andai saja mereka
tidak mau mengabadikan ilmu dalam kertas putih, mungkin
ilmu agama telah sirna. Hadis-hadis nabi tidak sampai pada generasi sekarang ini. Tapi, berkat kegigihan mereka menuliskan apa yang mereka
ketahui, ilmu tetap utuh bahkan semakin berkembang beriringan dengan laju
zaman.
Tentu,
kereativitas tulis menulis ini harus diasah dan diteruskan oleh generasi muda. Namun
masalahnya, tulis menulis tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Tulis menulis harus melewati proses panjang. Kadang, calon penulis
atau orang yang masih belajar menulis tidak mampu
mencapai cita-citanya menjadi penulis. Ia putus asa alias berhenti di tengah jalan. Mau menulis,
tidak menemukan ide. Kalau sudah menemukan ide, kerepotan untuk memulai.
Setelah memulai, mandeg dan tak selesai-selesai. Itulah sejuta masalah yang
menghampiri calon penulis.
Buku
ini hadir untuk menjawab semua masalah yang melanda calon penulis. Dengan membaca buku ini, penulis bisa mengetahui
langkah awal utnuk menulis, memulai tulisan dan ketika mandeg di tengah jalan. Selain
itu, buku ini juga membikin cita-cita pembaca terbang setinggi langit. Hati
menggebu-gebu. Perasaan geregetan untuk segera menulis. Pokoknya, keinginan
untuk menjadi penulis semakin menggunung. Seakan apa saja yang menghadang,
ingin diterjang.
Di awal-awal, pengarang mengatakan bahwa menulis itu
gampang-gampang susah atau susah-susah gampang. Maksudnya? Menulis tidak butuh
bakat, kadang juga butuh. Tambah bingung deh. Intinya, menulis itu hanya
butuh ketekunan. Memiliki bakat, tapi tidak tekun menulis,
pasti gagal. Tidak memiliki bakat, tapi rajin menulis, pasati menjadi penulis
handal.
Selanjutnya, pengarang menjelentrehkan pengalaman tulis-menulisnya. Pengarang
tidak memiliki bakat menulis. Ayah dan ibunya seorang guru. Keterampilannya
badminton bukan menulis. Namun, karena ia memiliki keinginan tinggi, ia
melatih diri dan rajin menulis. Meski ia cacat secara fisik karena hanya
memiliki satu tangan, tapi keinginannya melebihi orang normal.
Akhirnya, ia menjadi penulis handal kelas nasional
bahkan internasional. Waktu buku ini diterbitkan, pengarang sudah menjadi
pimpinan tim kereatif di TV RCTI. Maut kan?
Kemudian
pengarang mengungkapkan kunci dari keberhasilannya itu. Yaitu membaca. Membaca
apa saja. Novel, cerpen, bahkan resep masakan. Andaikan
menulis diumpamkan mubil, membaca adalah bensinnya. Mubil tidak akan
berjalan kecuali jika ada bensinnya. Begitu juga menulis tidak akan bisa
kecuali setelah membaca. Orang yang banyak membaca akan
kaya referensi. Tulisannya indah, tidak kering.
Pada
halaman 32 dijelaskan, ketika calon penulis akan menuliskan gagasannya, tidak
usah bingung dengan segala teori dan kaidah tulis menulis. Tulislah sebisanya.
Tulislah dengan hati. Apa
saja yang mengganggu biarkan saja. Jangan takut salah. Pokoknya, gagasan yang
ada di hatinya ditulis dan ditulis. Setelah selesai, baru memasuki tahap kedua.
Yaitu tulislah dengan firkian. Dalam tahap ini, segala macam teori dan dan
kaidah penulisan bisa diterapkan. Bahasa gaulnya, editing.
Membaca
buku ini, wawasan dalam tulis menulis akan bertambah. Apa lagi jenis cerpen dan
novel. Sebab, dalam buku ini, teori penulisan cerpen dan novel sangat
mendominasi. Dengan membaca buku ini, tak ada masalah yang tak terpecahkan. Tak
ada cita-cita dan keinginan yang mengendor. Rangkaian kata dari awal sampai
akhir, menyimpan motivasi menggebu yang akan membikin keinginan menulis
mencancap dalam hati. Selamat membaca!
Judul:
Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup
Penulis:
Gola Gong
Penerbit:
Maximalis, an imprint of Salamadani
Tebal:
151 hal.
Cetakan:
Pertama, Desember 2007/Dzul Hijjah 1428 H
Kedua, Februari 2008/Shafar 1429 H
Peresensi:
Ad. Saifuddin Syadiri
Absen:40, 3 Dakwah
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda....!