Sahur merupakan salah satu kegiatan yang pasti kita
lakukan pada bulan puasa. Sebelum fajar menyingsing kita bangun untuk menyantap
makanan sahur. Kantuk yang kadang masih merayap kita usir. Kalau kita tidak mau
bangun, ibu kita yang susah payah membangunkan kita. Suara yang menggelegar
dari corong-corong Masjid dan Mushollah juga tidak kalah hebat membangunkan
kita. Seakan mereka sepakat bahwa makan sahur sangat penting.
Selain itu, kita juga sering mendengar bahwa makan sahur
itu berkah. Orang yang makan sahur berarti mendapat berkah. “Bersahurlah
kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat berkah” (HR. Muttafaq Alaih) Hadis inilah
yang sering kita dengar dari para ustadz. Lalu, apakah yang dimaksud berkah sahur
itu?
Sebelum membahas berkah, penulis akan memberi sedikit penjelasan
tentang sahur. Sayyid Alwi al-Maliki mengatakan dalam kitabnya, Fathu
al-Qarib Ala at-Tahdzibi wa at-Targhib, bahwa yang dikatakan sahur adalah
makan atau minum pada waktu sahur sebelum subuh walaupun dengan seteguk air
putih. Dengan demikian, makan sahur tidak harus banyak. Makan sedikit pun sudah
dikatakan sahur dan mendapatkan pahala sahur. Oleh karena itu, seyogyanya kita tidak
meninggalkan sahur ini. Sebisa mungkin kita makan sahur meski dengan makanan
sedikit agar kita mendapatkan pahala.
Adapun yang dimaksud berkah sahur, ulama berbeda
pendapat, tapi bermuara pada dua poin. Pertama, berkah Jasmaniyah. Maksudnya, berkah yang kembali pada badan,
seperti kuat berpuasa, menambah sehat, tidak jera berpuasa, dan meringankan
beban lapar. Kedua, berkah Ruhiyah, yaitu berkah yang kembali pada jiwa.
Berkah ini tidak terletak pada makan sahurnya, tapi apa yang timbul dari makan
sahur itu. Contoh, orang yang makan sahur bisa bangun malam, dapat salat
tahajjud, dapat membaca al-Qur’an, bersiap-siap untuk salat Subuh dan ibadah-ibadah
yang lain. Andai bukan karena sahur,
mereka tidak akan melakukan hal itu. Dengan demikan, orang yang makan sahur,
tapi tidak melakukan ibadah setelah sahur maka dia tidak mendapatkan berkah Ruhiyah.
Alakullihal, mari
kita makan sahur. Sebab, makan sahur itu berkah dan disunahkan oleh baginda
nabi. Makan sahur berarti menghidupkan sunah Nabi Muhammad saw.. Mari kita
beribadah setelah sahur, seperti Tahajjud, baca al-Qur’an dan Ibadah-Ibadah
yang lain agar kita mendapatkan berkah Jasmaniyah dan Ruhiyah.
Oea, makan sahurnya diniati
yang baik ya… dan niatnya diperbanyak agartambah banyak pahalanya… Contoh, aku
makan sahur agar kuat berpuasa, agar kuat membaca al-Qur’an, agar beribadah
setelah sahur dan…… (tambah sendiri ya…)
Catatan Kaki:
1.
Al-Maliki, Sayyid
Alwi bin Sayyid al-Abbas, Fathu al-Qarib Ala at-Tahdzibi wa at-Targhib, Hal
149, Hai’ah as-Shofwah.
2.
At-Tibrizi, Syaikh
Waliyuddin Abi Abdillah Muhammad bin Abdullah al-Khatib, Misykat al-Mashobih,
Maktabah Syamilah.
3.
Al-Hanafi, Badruddin
al-Aini, Umdah al-Qari Syarh Shohih al-Bukhari, Maktabah Syamilah.
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda....!