Dalam tulis-menulis, ide adalah hal pokok. Tanpa ide, kita tidak mungkin bisa menulis. Anehnya, ide bagaikan jalangkung. Datang tak diundang, pergi tak diantar. Saat kita jalan-jalan, tiba-tiba terbesit ide. Saat kita beraktivitas, muncullah ide. Dan, kalau tidak langsung ditulis, kadang pergi dan tak kembali. Di sisi lain, ide juga bagai kambing kacang. Leletnya minta ampun. Kita sudah siap di depan komputer. Tangan di atas keybord, tapi ide tak muncul-muncul. Kita paksa, tidak juga muncul.
Sering kan mengalami seperti di atas? Pasti sering. Apa lagi penulis pemula. Atau orang yang masih mau menjadi penulis. Sebenarnya, ide itu bukan tidak muncul. Ide itu berserakan di sekitar kita. Tapi, kita kurang peka. Kita hanya mencari ide yang besar. Padahal ide tidak harus muluk-muluk, tidak harus yang wah-wah. Yang sederhana tidak apa-apa. Ide yang sederhana bisa menjadi luar biasa. Ide yang sederhana kadang malah lebih bermenfaat untuk pembaca.
Coba lihat sekitar, ada apa? Atau lihat kita sendiri, apa yang kita alami? Semua itu bisa menjadi bahan tulisan. Misalnya, tetangga yang ramah. Teman yang egois. Kesiangan bangun subuh. Atau apa lah. Intinya, cobalah peka pada sekitar. Sering-seringlah merenunginya. Kita akan memiliki banyak bahan untuk kita tulis.
Boleh juga, sebelum menulis cobalah jalan-jalan sebentar. Amati alam sekitar. Sebab, kadang ide memang tidak muncul saat kita diam. Ide baru muncul kalau kita bergerak. Bahkan, ada salah satu penulis mengatakan, kalau kita ingin menjadi penulis, sering-seringlah jalan-jalan. Dengan jalan-jalan, kita akan menemukan bermacam-macam orang. Dengan jalan-jalan kita juga akan mendapati beragam kejadian.
Hal yang tidak kalah penting adalah buku tulis dan pena. Kegunaannya untuk menuliskan ide yang datang. Sebab, ide yang datang kalau tidak langsung ditulis kadang pergi dan tak kembali. Maka, sanagt penting menuliskan ide-ide itu. Kalau bukan di buku tulis, bisa di gadget. Atau bisa di-update di media sosial. Seperti, Facebook, Twitter, BBM, atau yang lainnya. Saat kita butuh, kita tinggal melihatnya lagi.
Sebenarnya, ide itu bisa dipaksa. Caranya? Cobalah tetap menulis meski ide tidak ada. Maksudnya? Selama ini, kita menganggap kalau ingin menulis harus punya ide terlebih dahulu. Ide dulu baru menulis. Bagaimana kalau anggapan ini kita non akatifkan dulu. Kita coba cara lain. Yaitu, mencoba menulis, ide akan datang. Jadi, menulis sebagai alat memunculkan ide. Menulis sebagai perangsang pikirang. Bisa ? Insyaallah bisa.
Ada salah seorang kreatif bilang seperti ini, “Menulis akan merangsang pemikiran, jadi saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba menulis.” Kalimat ini ada dalam Buku Accidental Genius: Revolutionize Your Thinking Through Private Writing. Dan, sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul “Menjadi Genius dengan Menulis”.
Menurut kalimat di atas, jika kita tidak punya ide, tetaplah mencoba menulis. Ide akan datang. Sebab, menulis adalah perangsang pemikiran. Ketika sudah terangsang, idepun akan datang. Gampangnya, mencoba menulis baru ide. Bukan ide baru menulis. Ini hanya cara saja. Cara bisa berbeda. Tergantung orangnya. Bisa jadi cara ini bisa dilakukan oleh sebagian penulis, tapi tidak bisa oleh yang lain. Namun, tidak ada salahnya jika mencoba. Siapa tahu bisa. Alahmdulillah, saya sudah memeraktekkannya dan bisa. Buktinya, Artikel yang anda baca ini ada.
Maka, selalu mencobalah menulis. Tidak usah menunggu ide. Jika hanya menunggu, kapan kita menulis? Jemputlah ide itu. Jemputlah dengan terus mencoba menulis. Dengan kata lain, saat tidak punya ide, tetaplah mencoba menulis!.
Sering kan mengalami seperti di atas? Pasti sering. Apa lagi penulis pemula. Atau orang yang masih mau menjadi penulis. Sebenarnya, ide itu bukan tidak muncul. Ide itu berserakan di sekitar kita. Tapi, kita kurang peka. Kita hanya mencari ide yang besar. Padahal ide tidak harus muluk-muluk, tidak harus yang wah-wah. Yang sederhana tidak apa-apa. Ide yang sederhana bisa menjadi luar biasa. Ide yang sederhana kadang malah lebih bermenfaat untuk pembaca.
Coba lihat sekitar, ada apa? Atau lihat kita sendiri, apa yang kita alami? Semua itu bisa menjadi bahan tulisan. Misalnya, tetangga yang ramah. Teman yang egois. Kesiangan bangun subuh. Atau apa lah. Intinya, cobalah peka pada sekitar. Sering-seringlah merenunginya. Kita akan memiliki banyak bahan untuk kita tulis.
Boleh juga, sebelum menulis cobalah jalan-jalan sebentar. Amati alam sekitar. Sebab, kadang ide memang tidak muncul saat kita diam. Ide baru muncul kalau kita bergerak. Bahkan, ada salah satu penulis mengatakan, kalau kita ingin menjadi penulis, sering-seringlah jalan-jalan. Dengan jalan-jalan, kita akan menemukan bermacam-macam orang. Dengan jalan-jalan kita juga akan mendapati beragam kejadian.
Hal yang tidak kalah penting adalah buku tulis dan pena. Kegunaannya untuk menuliskan ide yang datang. Sebab, ide yang datang kalau tidak langsung ditulis kadang pergi dan tak kembali. Maka, sanagt penting menuliskan ide-ide itu. Kalau bukan di buku tulis, bisa di gadget. Atau bisa di-update di media sosial. Seperti, Facebook, Twitter, BBM, atau yang lainnya. Saat kita butuh, kita tinggal melihatnya lagi.
Sebenarnya, ide itu bisa dipaksa. Caranya? Cobalah tetap menulis meski ide tidak ada. Maksudnya? Selama ini, kita menganggap kalau ingin menulis harus punya ide terlebih dahulu. Ide dulu baru menulis. Bagaimana kalau anggapan ini kita non akatifkan dulu. Kita coba cara lain. Yaitu, mencoba menulis, ide akan datang. Jadi, menulis sebagai alat memunculkan ide. Menulis sebagai perangsang pikirang. Bisa ? Insyaallah bisa.
Ada salah seorang kreatif bilang seperti ini, “Menulis akan merangsang pemikiran, jadi saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba menulis.” Kalimat ini ada dalam Buku Accidental Genius: Revolutionize Your Thinking Through Private Writing. Dan, sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul “Menjadi Genius dengan Menulis”.
Menurut kalimat di atas, jika kita tidak punya ide, tetaplah mencoba menulis. Ide akan datang. Sebab, menulis adalah perangsang pemikiran. Ketika sudah terangsang, idepun akan datang. Gampangnya, mencoba menulis baru ide. Bukan ide baru menulis. Ini hanya cara saja. Cara bisa berbeda. Tergantung orangnya. Bisa jadi cara ini bisa dilakukan oleh sebagian penulis, tapi tidak bisa oleh yang lain. Namun, tidak ada salahnya jika mencoba. Siapa tahu bisa. Alahmdulillah, saya sudah memeraktekkannya dan bisa. Buktinya, Artikel yang anda baca ini ada.
Maka, selalu mencobalah menulis. Tidak usah menunggu ide. Jika hanya menunggu, kapan kita menulis? Jemputlah ide itu. Jemputlah dengan terus mencoba menulis. Dengan kata lain, saat tidak punya ide, tetaplah mencoba menulis!.
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda....!