Kado di Hari Ulang Tahun Salat


Cinta Masjid | peringatan isra' mi'raj
Prolog

Sedih. Ternyata, acara yang sudah dinanti-nanti tidak bisa dilanjutkan sebab guyuran hujan. Para santri bergegas beranjak dari tempat duduk. Mereka semua pulang. Panitia acara Peringatan Isra’ Mi’raj bingugn. Untung Habib Hasan bin Ismail (tamu undangan sebagai penceramah) belum rawuh. Terdengar dari mulut santri nada kecewa. “penonton kecewa” celetuk salah satu mereka.
Namun, panitia tidak ambil pusing. Di tenganh-tengah bubarnya para santri, ketua panitia mengumumkan bahwa acara Isra’ Mi’raj akan digelar di Masjid Jami’. Para santri semakin mantap melangkahkan kaki meniggalkan lapangan. Mereka berpencar. Ada yang langsung menuju Masjid. Ada yang masih singgah dulu ke kamarnya.
Tampak di dalam Masjid para panitia sibuk mengatur para santri yang mulai berdatangan. Masjid jami’ rikuh dan riuh. Para santri berdesakan untuk berada di garda depan, dekat Habib jika nanti beliau datang dan berceramah. Karna Masjid lantai bawah terlalu kecil untuk menapung mereka, Pantia mempersilahkan mereka agar berparkir di lantia dua. Mereka pun rela. Mereka segera bergegas menju lantai dua.
Sebelum Habib Hasan bin Ismail, Keraksan Probolinggo datang, suara merdu mendarat di telilnga para santri: suara lantunana Burdah, kaya Imam al-Bhusiri. Dengan pelan penuh penghayatan, suara itu terus mendayu. Meresap ke reululng hati palilng dalam. Sang pecinta tiada mampu menahan ma’na cinta yang terkandung dalam Burdah itu.
Kado Untuk Shalat
Setelah Hamdalah dan Salawat, Habib Hasan bin Isma’il mulai menjelaskan rangkaian pidatonya. Beliau menjelaskan bahwa malam ini, malam 27 Rajab adalah malam ulang tahun shalat. Dulu, Rasulullah berisra’ Miraja tepat pada tanggal 27 Rajab. Dan pada Isra’ Miraj itulah Rasulullah mendapat perintah salat. Mendapat perintah agar umatnya mengerjakan salat.
Ulang tahun? Kalau orang yang kita cintai berulang tahun, pasti kita akan memberikan kado sepesial. Kado yang sempurna. Kadu yang disukai orang yang berulang tahun. Berapapun biayanya, kita akan membelinya asal orang kita beri koda dapat tersenyum dan bahagia. Oleh karna itu, ketika salat berulang tahun, kita juga harus memberi kado sepesial untuk salat. Kado yang indah. Kado yang disukai salat. Bukan kah jika kado yang kita berikan kepada orang yang kita cintai tidak indah dia akan kecewa? Begitu juga salat, dia pasti kecewa, jika kado yang dihadiahkan kepadanya tidak indah.
Kado pertama
Lebih lanjut Habib Hasan menjelaskan kado apa yang harus kita berikan untuk salat. Kado salat tentu berbeda dengan kado yang diberikan kepa orang. Kado salat adalah kado sekiranya salat kita menjadi sempurna. Bukan sekedar salat, tapi dihayati. Tidak sekedar berdiri dan sujud (manceng-nyunglet, madura) tapi harus mengerjakan sunah-sunahnya.
Kado yang pertama, bersiap-siap mengerjakan salat. jadi, ketika kita ingin mengerjakan salat, kita harus siap. Jangan asal salat dan salat asal-asalan. Kita persiapkan diri kita. Kita bersihkan badan, baju dan semua yang melekat di badan kita. Bukankah kita akan menghadap pada tuhan maha penguasa alam? Kalau kita ingin menghadap pada orang mulya saja, kita pasti menyiapkan diri dengan penampilan rapi, indah dan bersih. Apalagi ketika ingin menghadap Allah. Tubuh ktia haru lebih bersih. Kita harus lebih siap. Kita harus lebih bisa menghormati salat.
Orang Yang Menghormati Shalat
Dulu, ada seseorang yang istikamah salat di masjid. Suatu ketika, hujan turun. Jalan becek dan licin. Namun orang itu tetap ingin salat di masjid. Saat dia ingin melangkahkan kaki keluar ruamah, sang istri berceletuk, “Salat di ruamah aja mas, berjemaah dengan aku, Insyaallah pahalanya sama. Apa lagi sekarang kan hujan. Jalanan becek dan licin.” Saat meceritakan kata-kata sang istri ini, Habib Hasan mengulangi kalimat “Insyaallah pahalanya sama”. Beliau tertawa. “Kok bisa si perempuan itu, bilang Insyaallah pahalanya sama. Dari mana?” santri-santripun tertawa. “banyak loh, sekarang orang bilang Insyaalllah pahalanya sama.” Sahut lagi Habib Hasan.
Lalu, Habib Hasan meneruskan ceritanya. Ketika suami mendengar perkataan istrinya, dia bilang “nggak dek, aku wis istikamah salat di masjid. Jadi aku tetap ingin salat di masjid.” Lalu laki-laki itu berjalan menuju masjid. Tak sampai separuh perjalanan, laki-laki itu jatuh. Bajunya kotor. “Yah, jatuh, kotor deh.” Celetuk hati si laki-laki. Karna tidak mau salat dengan pakaian kotor, laki-laki itu berdiri dan kembali kerumah. Namun, dalam hatnya tertanam niat bahwa dia akan kembali.
Setelah samapi di pintu rumah, suara istri menyambutnya. “Kok kembali?” “Jatuh dek.” Jawab suami. “Kan, apa aku bilang. Jalan licin. Nanti jatuh. Lah, sekarang jatuh sungguhan. Makanya salat di sini aja bereng aku. Insyaallah pahalanya sama.” Celetuk lagi sang istri. “Enggak dek, mas sudah istikamah salat di masjid. Lalu, laki-laki itu melangkah ke belakang. Mandi. Memakai baju. Memakai farfum. Lalu berangkat lagi.
Laki-laki itu berjalan dan terus berjalan menyusuri jalan licin. Dia langkahkan kaki dengan sangat hati-hati. Lebih hati-hati dari yang pertama. Ketika mendapat separuh perjalanan menuju masjid. Kakinya terplest. Dia jatuh. “Yah jatuh lagi, kotor deh bajunya.” Komentar hatinya.” Dia pun kembali. Dia tidak ingin melakukan salat dengan baju kotor seperti itu. Namun, hatinya tetap berniat bahwa dia akan kembali.
Ketika samapi di mulut pintu, dia bertemu dengan istri “Leh, kok balik lagi? Ada apa mas?” tanya sang istri. “Jatuh dek,” jawab sang suami. “hahahaha, apa aku bilang. Nanti jatuh. Sekarang jatuh sungguhan. Salat disini saja berenga aku mas. Insyaallah pahalanya sama.” Ledek sang istri. Laik-laki itu langsung beranjak. Dia tidak menghiraukan celetuk istrinya itu. Lalu dia mandi, berganti baju, memakai farfum. Lalu berangkat.
Laki-laki itu berjalan sangat hati-hati sekali. Lebih hati-hati dari yang kedua. Namun, karna jalan sangat licin, kakinya terpleset. Tiba-tiba ada orang yang menolong laki-laki itu. Entah dari mana datangny. Tiba saja muncul seorang yang tak dikenal. “Al hamdulillah selamat.” Pekik hati laki-laki itu. Setelah itu, orang aneh menuntunya menuju masjid. Sungguh luar biasa. Orang tak dikenal itu berjalan biasa seperti berjalan di aspal. Jalanan licin tak ada apa-apanya untuk orang aneh itu. “Wah, ini malaikat.” Laki-laki itu mencoba menebak. “Ya, pasti ini malaikat.”
Setelah sampai di Masjid, laki-laki itu berterimakasih. Lau dia bilang “Ayo sekalian kita shalat bareng. Tu, di masjid sudah Ikamah.” “Enggak.” Jawab orang aneh. “Kok enggak, pasti kamu malaikat ya? Lanjut laki-laki. “Bukan, aku ini Setan.” Sahut orang tak dikenal. “Yo opo sih, biasanya setan kan mengajak kejelekan, kamu kan enggak. Malah kamu membantu aku untuk samapi di masjid.” Celetuk lagi si laki-laki. “Ya, aku setan.” Jawab lagi si orang aneh. “sik, sik, sik, aku tambah gak faham. Tadi saat aku jatuh, kamu kan yang membantu aku sehingga aku tidak jadi jatuh. Lalu kamu menuntunku hingga sampai di masjid ini. Masak kamu setan. Coba jelaskan kepadaku, biar aku faham.” Pinta laki-laki saleh itu. “Yo wis, aku akan menceritakan biar kamu faham.” Ujar setan penolong. “tadi, ketika pertama kali berangkat menuju masjid, kamu terpleset dan jatuh. Ketika kamu berdiri, dalam hatimu muncul tekad bahwa kamu akan kembali lagi. Saat itulah Allah mengampuni seluruh dosamu. Mengampuni dosamu dari sejak baligh sampai sekarang. “hah, dosa-dosaku dimapuni? Alhamdulillah.” Kata si laki-laki memotong cerita setan. Lalu setan itu melanjutkan ceritanya. “Di perjalanan kedua, kakimu juga terpeleset, sehingga kamu jatuh dan bajumu kotor. Lalu kamu bangkit dan di hatimu terpatri bahwa kamu akan kembali lagi. Terhapuslah dosa-dosa keluargamu. Aku marah. Karna ternyat usahaku membuat mu dan keluargamu dosa sia-sia. Dosa-dosa mu dan keluargamu dihapus oleh Allah gara-gara usahamu untuk menghormati salat. “Alahmadulillah.” Mulut laki-laki beruntung itu berucapa saat mendengar dosa keluarganya terhapuskan. Lau stan melanjutkan, “Oleh karna itu, ketika kamu berangkat yang ketiga kalinya dan kakinya terpleset, aku langsung datang dan membantumu agar tidak jatuh. Lalu aku menuntunmu ke masjid. Karna aku takut, kalau nanti kamu jatuh dan di hatimu terbesit untuk kembali lagi, nanti dosa-dosa orang satu Kecamatan bisa luntur. Habisalah aku. Sia-saialah usahaku membuat orang-orang berdosa.” Cerita setan panjang lebar. (dasar looooooooo, Pen)
Getaran Hati Ali Zainal Abidin
Setelah Habib Hasan bercerita tentang orang yang sangat menjaga kehormatan salat, beliau bercerita tentang Imam Ali Zainal Abidin. Ketika Imam Ali Zainal Abidin selesai melaksanan wudu, beliau gemetar. Hatinya bergemuruh ricuh. Kakinya tampak bergoyang bak ilalang diterpa angin. Tangannya tak henti-henti berjoget gemetar bak getaran hati yang terluka. “Imam Ali, kenapa engakau? Kenapa engkau gemetar seperti ini? Sakit kah engkau wahai cucu Rasulullah?” tanya salah seorang ketika melihat keadaan Imam Ali Zainal Abidin. “tidak, Saya tidak sakit. Tidak kah engkau tahu kepada siapa saya akan menghadap setelah ini? Tidak kah engakau tahu kepada siapa gerangan saya akan berbicara setelah wudu ini? Saya akan menghadap kepada Allah, sang pencipta alam. Aku takut. Aku malu.” Ucap Imam Ali dengan nada iba.
Lalu Habib Hasan berkomentar “ini, Imam Ali sangat siap untuk melakukan salat. Orang yang sangat saleh. Orang yang dijuluki hiasan para ahli ibadah. Apa lagi kita. Kita ini siapa?” kurang lebih seperti inilha dawuh Habib Hasan bin Isma’il saat mengomentari cerita di atas.
Dari cerita di atas, mungkin sangat malu jika kita melaksanakan salat dengan keadaan tidak sopan, rapi dan bersih. Bukan kah kita tidak suka hal yang kotor? Dan maukah anda memberi kado yang berharga kepada salat? Maukah anda sopan melakukan salat? Hanya hati ini dan hati anda yang bisa menjawab pertanyaan ini.
Dicaci Maki, Introspeksi Diri
Kemudian, Habib Hasan bin Ismail bercerita tentang kesalehan Imam Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali dengan Sayyidah Fatimah, putri Rasulullah saw. Imam Ali adalah orang yang sangat saleh, Tawadu’, Alim, ahli sufi dan memiliki budi pekerti yang sangant indah. Ahlak beliau seakan akhlak baginda nabi Muhammda saw. Gerak-gerik beliau sesuai dengan sunah Rasul.
Namun, kehidupan dunia tetaplah kehidupan dunia. Sebaik apapun orang yang tingaal di dunia fana ini, pasti ada yang tidak suka. Di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, pasti ada yang tidak suka. Orang kaya, pasti ada yang tidak menyukainya. Orang alim, pasti ada yang tidak menyukainya. Dan siapa saja pastia ada yang tidak menyukain. Bahkan orang miskin sekalipun, ada yang tidak menyukainya (terutama dirinya sendiri, hehehehe). Itulah kehidupan. Imam Ali juga begitu. Beliau adalah orang yang sangat baik dan saleh, tapi ada saja orang yang tidak suka keapada beliau.
Suatu ketika, tampaklah sesorang yang sangat membenci Imam Ali. Orang itu memanggil tukang caci maki. “kamu mau uang?” kata orang yang membenci Imam Ali. “mau banget dong.” Jawab si tukan caci maki. “kalau begitu, ini uang 100.000 (andaikan sekarang) untukmu, tapi kamu harus mencaci orang yang sedang mengajar di masjid itu.” Kata orang yang membenci Imam Ali sambil menuting. “oke, siapa takut. Kalau masalah kayak gituan memang pekerjaan aku men.” Jawab tukang caci santai. Setelah itu, tukan caci bergegas menuju masjid. Tampak di sana Imam Ali sedang mengajar santri-santrinya. Tukang caci langsung menyambar imam Ali, “Hai orang jelek. Jangan sok-sokan lo ya. Dasar, sok baik, sok ramah, sebenaranya kamu orang bobrok. Kamu riya’, ingin dipuji orang.” Mendengar hinaan itu, para santri berdiri ingin memukul tukang caci. Tapi, Imam Ali memberi Isyarah kepada mereka agar duduk kembali. Lalu mereka duduk. Sedang si tukang caci terus melancarkan sumaph-serapah dan caci makinya. Imam ali terdiam mendengarkan cacian itu. Beliau resapi kata-kata itu seperti para santri mendengarkan ucapan-ucapan beliau. Beliau tenang. Wajahnya teduh. Tak ada sedikitpun gurat marah atau tanda benci di wajah beliau. Ketika tukan caci meliaht kenyataan, dia bingung. Baru kali ini ada orang dicaci-maki, tapi tidak sedikitpun bersedih. Tukang caci maki berhenti. Dia sadar. Orang yang dicaci maki adalah orang yang benar-benar baik. Orang yang benar-benar dekat kepada Allah. Setelah tukang caci berhenti, Imam Ali berdoa “Ya Allah, jika apa yang dikatakan orang ini benar, maafkanlah aku. Jika benar dalam hatiku terdapat riya’, ampunilah aku. Tapi, jika orang ini salah, maka, maafkan dia ya Allah.” Mendenganr doa Imam Ali, tukang caci itu tambah merasa bersalah. Dia menyesal telah melakukan semua ini. Lalu, Imam Ali bertanya keapda salah satu santrinya, “wahai murid-murid, adakah di antara kalian yang membawa uang?” berdirilah salah satu santri dan menyodorkan uang 5000,000. Kemudian imam Ali memberikan uang itu kepada si tukang caci. Tukang caci terkesima. Dia tahu orang jahat adalah orang yang menyuruhnya untuk mencaci Imam Ali.
Kado Kedua
Kado yang kedua, adalah bersiawak. Orang yang hendak melaksanakan salat disunahkan mengerjakan salat. Bahkan pahala orang yang salat memakai siwak jauh lebih besar dari orang yang salat tidak memakai siwak. Nabi Muhammad saw. bersabda, “keutamaan salat dengan siwak dibanding salat tanpa siwak sebanyak 70 lipat.”(HR. Baihaqi)
Selain Hadis di atas masih banyak hadis yang menjelaskan keutamaan bersiwak. Bukan hanya ketika hendak salat, tapi diwaktu yang lain juga disunahkan, seperti ketika bangun tidur, mulut berbau, hendak berwudu dll. Diriwayatkan dari sahabat hudzaifah bahwa Rasulullah bersiwak ketika bangun tidur(HR. Muttafak alaih)
Setelah menjelaskan tentang siwak, Habib Hasan berkata, masih banyak kado untuk salat yang harus dijelakan, namun waktu tidak memungkan. Mungkin hanya ini yang bisa saya samapaikan kurang-lebihnya mohon maaf sebesar-besarnya. Wassalamu wrb.












Post a Comment

Tinggalkan komentar anda....!

Previous Post Next Post